Senin, 06 Desember 2010

Warga Kembali Tanam Pohon di Lintas Jeuram-Takengon

Wed, Dec 1st 2010, 11:17


Warga menanam pohon di lintas jalan nasional Jeuram-Takengon kawasan Desa Blang Sapek, Kecamatan Suka Makmue, Nagan Raya, Selasa (30/11). Penanaman pohon di jalan berlubang merupakan salah satu bentuk kekecewaan warga karena hingga kini pihak terkait belum memperbaiki kerusakan tersebut. SERAMBI/DEDI ISKANDAR


JEURAM - Sejumlah warga Desa Blang Sapek, Kecamatan Suka Makmue, Kabupaten Nagan Raya, Selasa (30/11) menanam beberapa jenis pohon di ruas jalan provinsi di lintasan Jeuram-Takengon. Penanam pohon di lintasan itu yang kedua kali setelah sebelumnya warga menanam pohon pisang di jalan tersebut.

Sejumlah warga yang menghubungi Serambi, Selasa kemarin mengaku penanaman pohon di badan jalan itu terpaksa dilakukan sebagai wujud protes kepada Pemerintah Aceh maupun Pemkab Nagan Raya, yang dinilai kurang tanggap dalam mengatasi persoalan kerusakan badan jalan yang selama ini sering terjadi.

Akibatnya, banyak warga yang kecelakaan di jalan raya akibat terperosok ke dalam lubang. “Kami tak tahan lagi dengan kondisi jalan yang penuh kubangan, makanya kami berinisiatif menanam aneka pohon untuk mengkritik pemerintah,” ujar seorang warga. Sementara itu, amatan Serambi di lokasi penanaman pohon, arus transportasi masyarakat di wilayah itu ikut terganggu akibat penanaman pohon di badan jalan. Anggota DPRK Nagan Raya, Adifal Susanto kepada Serambi, kemarin mengatakan, pihaknya berharap kepada Pemerintah Aceh supaya segera melakukan penanganan dan perbaikan di sejumlah titik ruas jalan nasional di lintasan Jeuram-Takengon yang kini telah hancur.

Pasalnya, penanaman aneka pohon yang dilakukan masyarakat itu akibat tak ada tanggapan serius dari pemerintah, guna mengatasi persoalan badan jalan yang kini selalu berlubang dan kerap menimbulkan korban jiwa. Karenanya, ia minta supaya persoalan itu tak berulang-ulang terjadi, diperlukan langkah tepat supaya kerusakan badan jalan di Nagan Raya harus dilakukan penanganan secepat mungkin guna menghindari amarah warga yang kesal dengan badan jalan yang semakin rusak.(edi)

Sumber : Serambinews.com

Rabu, 24 November 2010

Stop eksploitasi Rawa Gambut Tripa!

Wednesday, 24 November 2010 03:18

NAGAN RAYA - Kegiatan eksploitasi rawa gambut Tripa terus belangsung dan telah menimbulkan keprihatinan banyak pihak, terutama masyarakat di dataran rendah Tripa.

Karenanya, sejumlah tokoh masyarakat dan aktivis lingkungan hidup menyampaikan petisi kepada pemerintah untuk penyelamatan Rawa Gambut Tripa yang kini dalam kondisi kronis, karena terus digarap.

Namun, hingga kini petisi yang disampaikan kepada pemerintah belum ada tindakan nyata. Padahal, menurut para ahli dan aktivis lingkungan hidup, bila rawa gambut terus digarap sepuluh atau tiga puluh tahun ke depan, maka dataran rendah Tripa akan terancam tenggelam.

"Ancaman itu akan semakin cepat akibat pemanasan global. Sikap masyarakat membuat petisi itu, pernyataan konkrit atas kesadaran mereka akan pentingnya rawa Tripa di sekitar pemukiman mereka," kata salah seorang tokoh masyarakat, Muhammad Syam, tadi malam.

Menurutnya, masyarakat butuh Rawa Tripa, bukan hanya untuk warga, melainkan untuk anak cucu mengingat usia sudah semakin tua, dan malu jika tidak bisa mewariskan sebuah alam yang kaya ini untuk anak cucu di kemudian hari.

Sumber : Waspada Online

Stop eksploitasi Rawa Gambut Tripa!

Wednesday, 24 November 2010 03:18

NAGAN RAYA - Kegiatan eksploitasi rawa gambut Tripa terus belangsung dan telah menimbulkan keprihatinan banyak pihak, terutama masyarakat di dataran rendah Tripa.

Karenanya, sejumlah tokoh masyarakat dan aktivis lingkungan hidup menyampaikan petisi kepada pemerintah untuk penyelamatan Rawa Gambut Tripa yang kini dalam kondisi kronis, karena terus digarap.

Namun, hingga kini petisi yang disampaikan kepada pemerintah belum ada tindakan nyata. Padahal, menurut para ahli dan aktivis lingkungan hidup, bila rawa gambut terus digarap sepuluh atau tiga puluh tahun ke depan, maka dataran rendah Tripa akan terancam tenggelam.

"Ancaman itu akan semakin cepat akibat pemanasan global. Sikap masyarakat membuat petisi itu, pernyataan konkrit atas kesadaran mereka akan pentingnya rawa Tripa di sekitar pemukiman mereka," kata salah seorang tokoh masyarakat, Muhammad Syam, tadi malam.

Menurutnya, masyarakat butuh Rawa Tripa, bukan hanya untuk warga, melainkan untuk anak cucu mengingat usia sudah semakin tua, dan malu jika tidak bisa mewariskan sebuah alam yang kaya ini untuk anak cucu di kemudian hari.

Sumber : Waspada Online

Minggu, 14 November 2010

Produksi CPO Astra Agro Stagnan

Senin, 15/11/2010 12:54 WIB
Produksi CPO Astra Agro Stagnan
Whery Enggo Prayogi - detikFinance

Jakarta - PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) mencatat produksi Crude Palm Oil (CPO) sepanjang Januari-September 2010 sebesar 897.711 ton nyaris stagnan hanya naik tipis 0,1% dari periode sama tahun lalu sebesar 896.912 ton.

Menurut laporan bulanan perseroan yang disampaikan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (15/11/2010), produksi CPO pada bulan Oktober mencapai 120.501 ton, meningkat 15% dibandingkan bulan sebelumnya 102.400 ton.

Sementara poduksi Tandan Buah Segar (TBS) AALI sepanjang Januari hingga Oktober 2010, justru turun menjadi 3,46 juta ton dari periode yang sama tahun lalu, 3,57 juta ton. Namun adanya peningkatan pembelian TBS dari pihak ke-3 yang cukup signifikan, membawa dampak positif terhadap peningkatan produksi CPO perseroan.

Produksi CPO AALI sampai bulan Oktober 2010 akhirnya meningkat, meskpiun tipis 0,1% dari  896.912 ton tahun 2009, menjadi 897.711 ton. Wilayah Sumatera masih menjadi sentra utama penghasil CPO yang mencapai 42,9%. Kemudian diikuti oleh Sulawesi 19,3% dan Kalimantan 37,8%.