Senin, 26 September 2011

Gadis Belia Nagan Raya Meninggal Diserang DBD

Rabu, 7 September 2011 09:08 WIB

JEURAM - Maisarah (12), gadis belia warga Desa Paya Undan, Kecamatan Seunagan, Kabupaten Nagan Raya, Senin (5/9) sekitar pukul 05.00 WIB meninggal dunia saat sedang dirawat intensif di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Nagan Raya di Desa Ujong Fatihah, Kecamatan Kuala. Siswi sebuah MTsN di Kota Jeuram itu meninggal akibat diserang penyakit demam berdarah dengue (DBD).

“Meninggalnya pasien demam berdarah ini akibat komplikasi penyakit yang diderita oleh korban, apalagi saat diperiksa tim medis, sel darah merah (Hemoglobin) pasien hanya tersisa sekitar 4 gram persen di dalam tubuh. Sehingga sangat sulit untuk bertahan hidup dan diselamatkan jiwanya,” kata dr Ilum SPPd selaku dokter yang menangani pasien menjawab Serambi, Senin (5/9) di Kota Jeuram.

Dikatakannya, terungkapnya penyakit DBD yang diderita Maisarah ketika paramedis melakukan pemeriksaan kesehatan pada pasien itu beberapa pekan sebelumnya. Saat diperiksa, kata dr Ilum, Hemoglobin pasien perempuan itu terus menurun tanpa diketahui penyebab pastinya.

Mengingat kondisi tubuh pasien terus melemah, ia berupaya merujuk korban ke rumah sakit guna mendapatkan penanganan medis secara serius. Saat tiba di rumah sakit, Maisarah dirawat di ruang ICCU.

“Ketika diperiksa darahnya di laboratorium, ternyata ia mengalami penyakit demam berdarah dan telah mencapai pada stadium kronis, sehingga sangat sulit untuk diberikan pertolongan. Apalagi Hb korban hanya tersisa sekitar 40 persen (4 gr %), sedangkan normalnya HB seseorang itu sekitar 14 gram %,” kata dr Ilum.(edi)

Sumber Serambinews.com

Senin, 15 Agustus 2011

Petani Tuwi Meuleusong Khawatirkan Gajah

Minggu, 7 Agustus 2011 09:34

JEURAM - Sejumlah masyarakat di Desa Tuwi Meuleusong, Kecamatan Seunagan Timur, Kabupaten Nagan Raya mengaku resah dengan kembali maraknya gangguan gajah di wilayah itu.

“Gangguan gajah di wilayah ini sudah memasuki tahap yang mengkhawatirkan, namun masyarakat tak bisa berbuat banyak karena tak tahu cara pencegahannya,” kata Abdurrafar seorang warga kepada Serambi, Kamis (4/8).

Secara terpisah, Camat Seunagan Timur, T Rahmadsyah SE yang dikonfirmasi Serambi, membenarkan amukan gajah sering melanda beberapa desa yang dia pimpin. Namun ia belum mendapatkan laporan rinci menyangkut kerugian yang dialami oleh masyarakat.

Rahmadsyah mengaku akan melakukan koordinasi dengan pihak terkait guna menghentikan amuk gajah yang selama ini terjadi, sehingga aktivitas masyarakat di wilayah itu semakin nyaman dan tak was-was dengan serangan gajah. (edi)

Sumber Serambinews.com

Selasa, 09 Agustus 2011

Nagan Raya cetak sawah baru 15.000 ha

SATURDAY, 23 JULY 2011 09:33

MEULABOH - Pemerintah Kabupaten Naga Raya, selama 2011 mencetak sawah baru seluas 15.000 hektar lebih, untuk dibagikan kepada masyarakat setempat guna menyukseskan program swasembada pangan 2014.

Bupati Nagan Raya, Teuku Zulkarnaini, menyatakan cetak sawah baru tersebut dilakukan guna pemerataan kepemilikan areal sawah di wilayah itu, karena irigasi dan lokasi yang dimiliki masih terbilang cukup untuk dimiliki seluruh penduduk di daerah ini.

Ia mengatakan, sejak terjadi pemekaran kabupaten itu 2003 hingga kini telah mampu memproduksi beras mencapai ribuan ton, dan mengalami surplus pangan setiap tahunnya rata-rata 100 sampai 110 ton.

"Selama ini kita surplus beras, dan bahkan bisa membantu kabupaten tetangga saat krisis pangan dan konsumsi, bahkan juga bisa kita kirim ke Medan, Sumatra Utara, untuk diolah kualitasnya agar lebih baik," kata bupati, hari ini.

Alasan percetakan sawah baru itu, akibat terjadi penciutan lahan, karena Kabupaten Nagan Raya sedang gencarnya melakukan pembangunan terpaksa sebagiannya mengunakan areal pesawahan, karena lokasi tersebut sangat strategis berada di kawasan ibu kota.

Sementara lebih dari 15 ribu hektar lahan tidur yang tidak produktif di kawasan itu dapat dijadikan sawah baru bagi petani dan akan dibagikan secara gratis, tinggal menerima strategi pengolahan yang baik melalui dinas terkait.

"Daerah kita sedang membangun, jadi wajar kalau terjadi penciutan lahan, dan kita mengatisipasi hal ini dengan cara mencetak sawah baru dari lahan tidur tidak produktif itu," imbuhnya.

Selain akibat penciutan lahan, program ini juga dilakukan untuk mendukung pemerintah melaksanakan swasembada pangan 2014, kendatipun Nagan Raya telah mampu surplus pangan, namun dirasa perlu untuk pengembangan.

Untuk menargetkan swasembada pangan itu, kata Bupati, pihaknya telah menyediakan kilang padi berstandar Dolog, sehingga hasil yang dikeluarkan tidak kalah bagusnya dengan beras Dolog, hanya saja mesin itu masih terbatas produksinya.

Ke depan diupayakan, seluruh seluruh masyarakat setempat memiliki lahan sawah masing-masing minimal lima hektare ditempati oleh lima kelompok, terkait jumlah jiwa, dapat ditentukan oleh kelompok itu sendiri.

"Mereka nanti tinggal mengajukan kepada kita berapa orang per kelompok dan langsung kita keluarkan izin usaha mereka dan yang pastinya kita ikat dengan ketentuan kepemilikan sawah baru," pungkasnya.


Sumber Waspada.co.id

Kamis, 04 Agustus 2011

Warga Nagan Raya sulit bernafas

SUNDAY, 10 JULY 2011 18:21

JEURAM - Sebagian masyarakat di wilayah Kabupaten Nagan Raya, sejak sepekan terakhir mengeluhkan dengan banyaknya kabut asap yang menyelimuti pemukiman mereka. Pasalnya aksi pembakaran hutan terus terjadi, sehingga warga sulit bernafas dan tak nyaman dalam melaksanakan tugas sehari-hari.

Seorang warga Nagan Raya, Tgk Dun, mengaku dampak pembakaran lahan yang terjadi di Nagan Raya juga ikut dirasakan sebagian besar masyarakat di Kota Meulaboh, Aceh Barat. Di kabupaten ini, kabut asap yang terjadi pada malam hari juga membuat warga sulit mendapatkan udara segar, serta menyebabkan iritasi mata karena kepulan asap yang terjadi.

"Kabut asap yang menyelimuti Kecamatan Seunagan Timur, Seunagan, serta Suka Makmue kini semakin parah. Bahkan hingga kemarin belum terlihat tanda-tanda akan segera berakhir. Apalagi kawasan itu kini kembali masih dilanda musim kemarau, sehingga pembakaran lahan yang terjadi sangat sulit dihentikan," katanya, tadi sore.

Sementara itu, Agus, seorang warga Kota Meulaboh, Aceh Barat, mengatakan kabut asap yang terjadi sejak beberapa hari terakhir di wilayah itu dirasakan warga sangat berpengaruh bagi kesehatan. Karena kabut asap yang terjadi kala malam hari itu membuat warga tak nyaman beristirahat dan terpaksa menyalakan kipas angin, guna menghilangkan kabut yang menyelimuti kawasan itu.

Ia berharap kepada pihak terkait supaya segera melakukan penanganan guna menghentikan pembakaran lahan yang kini mulai marak terjadi, sehingga aktivitas dan kesehatan warga tak ikut terganggu.

Sumber waspada.co.id

Rabu, 03 Agustus 2011

Kemarau, Warga Minum Air Sungai

THURSDAY, 23 JUNE 2011 22:42

JEURAM - Ribuan masyarakat di Kecamatan Darul Makmur, Kabupatedn Nagan Raya terpaksa mengkonsumsi atau meminum air sungai sejak sebulan terakhir, menyusul keringnya sumur mereka akibat kemarau panjang.

Meski letaknya yang relatif berjauhan dari pemukiman, namun warga mengaku tidak punya pilihan selain menggunakan air sungai di DAS Krueng Lamie maupun Krueng Seumayam.

Selain untuk kebutuhan mandi, warga menggunakan air sungai untuk mencuci, serta air isi ulang.

Camat Darul Makmur, H. Effendi mengatakan keringnya sumur membuat warga harus menempuh perjalanan 5 hingga 10 km untuk menuju ke pusat kecamatan di Alue Bilie, guna mendapatkan air yang layak dikonsumsi.

“Kita tengah berupaya mengatasi masalah ini, karena telah masuk ke taraf serius dimana warga semakin resah,” kata H. Efendi, malam ini.

Menurutnya, meski air sungai yang dikonsumsi tidak layak, namun masyarakat tak punya pilihan lain, karena kondisi perekonomian mereka yang masih rendah. Sehingga mereka tak mampu membeli air yang layak dikonsumsi.

“Kawasan terparah yang kekeringan adalah Kec. Darul Makmur, Kab. Nagan Raya,” kata Camat Effendi, meliputi Kemukiman Seuneuam dan Seumayam.

Di dua lokasi ini, katanya, sumur warga kering sehingga berdampak buruk bagi kesehatan dan kelangsungan hidup masyarakat dan kini air sumur terus menyusut.

Sumber Waspada.co.id

Selasa, 02 Agustus 2011

21 Gampong di Nagan Raya Krisis Air

21 June 2011
Nagan Raya|Harian Aceh – Sedikitnya 21 Gampong di Kecamatan Darul Makmur dan Tripa Makmur Kabupaten Nagan Raya, mengalami krisis air akibat kemarau panjang, sejumlah sumur manual di kawasan tersebut mengalami kekeringan.
Ibduh, Keuchik Sumber Bhakti Kecamatan Tripa Makmur kepada wartawan, Senin (20/6) mengatakan, selama kemarau sejumlah gampong di kawasan itu mengalami kekeringan. Akibatnya, warga terpaksa menempuh puluhan kilometer untuk mendapat air di sungai.
Sejumlah gampong yang krisis air di Kecamatan Darul Makmur meliputi, Gampong Sumber Bhakti, Pulau Kerut, Alue Kuyun, Markati Jaya, Ladang Baru, Alue Bateung Broek, beberapa tahun silam kawasan itu tak pernah krisis air meski pun kemarau panjang, Kuala Seumayam, Ujong Tanjong dan Blang Luah.
Sementara di Kecamatan Tripa Makmur meliputi, Gampong Babah Lueng, Drien Tujoh, Kuala Tripa, Lueng Keube Jagat, Pantai Rawa, Kabu, Pasi Keubeu Dom, Neubok YPK, Neubok YPP, Mon Dua, Pange, Ujong Krueng, Lamie dan Gampong Gagak.
Manager Program Konservasi Yayasan Ekosistem Lestari (YEL) Rulianto, mengungkapkan terjadi kekeringan air di kawasan itu, diakibatkan ulah manusia sendiri, sebab, selama ini ribuan rawa gambut di kawasan Kuala Tripa telah diberikan untuk perusahaan perkebunan. “Sebenarnya rawa gambut itu adalah tempat menyimpan air, namun yang terjadi di Kabupaten Nagan Raya rawa gambut itu telah dijadikan HGU untuk perusahaan perkebunan,” katanya.
Menurut dia, kekeringan air tersebut tidak saja di Kabupaten Nagan Raya, tapi juga terjadi di beberapa Kecamatan dalam Kabupaten Aceh Barat Daya, seperti di Kecamatan Babah Rot dan Susoh, yang berdomisi di sekitar areal perusahaan perkebunan di kawasan Rawa Tripa.(azh)

Sumber Harian Aceh.com

HGU PT Fajar Baizuri Diukur Ulang

Nagan Raya|Harian Aceh – Hak Guna Usaha (HGU) PT Fajar Baizuri di Kecamatan Tripa Makmur, Kabupaten Nagan Raya, Rabu (15/6) diukur ulang. Pengukuran ulang tersebut dilakukan atas tuntutan warga selama ini, sebab warga di pinggiran areal perusahaan perkebunan kelapa sawit itu menuding lahan mereka telah dicaplok.
Imum Mukim Kuta Nibong, Kecamatan Tripa Makmur, Sulaiman, kepada wartawan Rabu (15/6) mengatakan, pengukuran itu didasari atas tuntutan masyarakat beberapa waktu lalu. Ia menjelaskan, pengukuran ulang yang dilakukan BPN meliputi pinggiran Gampong Kuala Tripa, Drien Tujoh, Lueng keubeu Jagat, Pasi Keubeu Dom, Kabu dan Neubok Yeu. “Kita harapkan nanti setelah pengukuran selesai tak ada lagi perselisihan antara warga dengan perusahaan,” harapnya.
Selama ini, antara warga dan perusahaan perkebunan terjadi perselisihan paham, akibatnya sebuah mees milik perusahaan kelapa sawit itu dibakar beberapa waktu lalu. “Ke depan kita berharap semua berlaku jujur, sementara demi kelancaran pengukuran pemerintah Kabupaten Nagan Raya membantu anggaran pengukuran lahan tersebut,” lanjutnya.(azh)

Sumber : harian Aceh.com

Senin, 01 Agustus 2011

Kabut asap, warga terserang ISPA

MONDAY, 13 JUNE 2011 21:05

JEURAM - Puluhan masyarakat di Kecamatan Darul Makmur, Kabupaten Nagan Raya, mulai terserang penyakit infeksi saluran pernafasan (Ispa) sehubungan dengan meluas dan meningkatnya kabut asap di wilayah itu, akibat pembakaran lahan yang kini masih terus terjadi.

Pj Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Nagan Raya, Tien Saniatin, mengatakan, penyerangan penyakit infeksi saluran pernafasan yang dialami oleh sebagian besar masyarakat di Kecamatan Darul Makmur itu, akibat pembakaran yang selama ini terjadi.

Menurutnya, penyakit Ispa yang kini terjadi bagi masyarakat itu belum dalam tahap yang mengkhawatirkan, karena masih dalam kategori biasa dan masih mampu ditangani oleh petugas medis yang berada di Puskesmas, guna diberikan obat-obatan serta bentuk penanganan lainnya.

Gejala yang ditimbulkan dari penyakit Ispa itu bagi kalangan masyarakat, kata Tien Saniatin, seperti gangguan tenggorokan, sulit bernafas, batuk, serta gejala gangguan lainnya. Namun setelah diberikan obat-obatan, pasien yang berobat itu langsung diperbolehkan pulang ke rumah guna dilakukan rawat jalan.

Sumber Waspada.co.id

Kebakaran Hutan Meluas

TUESDAY, 07 JUNE 2011 09:44

NAGAN RAYA- Akibat terbakarnya hutan kabut asap kembali terjadi di Kab. Nagan Raya. Dari pengamatan, hutan yang terbakar di wilayah Tripa dan Beutong yang membuat pengendara roda dua dan pejalan kaki harus berhati- hati, kabut asap sudah terjadi sejak 4 hari lalu.

Menurut keterangan, hutan lindung itu sengaja dibakar oleh pihak- pihak yang tidak mau bertangung jawab.Masyarakat minta pihak terkait terutama kehutanan untuk menjaga hutan lindung jangan sampai punah. ’’Kami minta Pemkab Nagan Raya dan Kepala Dinas Kehutanan mencegah pelaku pembakar hutan itu,” ungkap M. Kasem.

Sementara Kadis Perkebunan dan Kehutanan, Zainal Abidi, mengatakan pihaknya belum mengecek ke lokasi. “Bisa jadi akibat cuaca kemarau dan itu kadang- kadang menyebabkan keadaan panas jadi cepat dan mudahnya hutan terbakar. Kita perintahkan setiap pos Polhut menjaga dan mengecek dengan benar supaya apa yang masyarakat laporkan bisa benar- benar diatasi", ujarnya.

Sumber Waspada.co.id

Selasa, 26 Juli 2011

Gangguan Gajah Resahkan Warga Jeuram

Mon, May 23rd 2011, 08:17

JEURAM - Masyarakat beberapa desa di Kecamatan Seunagan, Jeuram, Kabupaten Nagan Raya resah dengan seringnya kawanan gajah liar turun ke pemukiman warga di wilayah itu. Pasalnya, kawanan gajah yang berjumlah empat hingga lima ekor itu kerap merusak tanaman dan perkebunan warga sehingga menyebabkan kerugian harta benda.

Camat Seunagan, Agusdi SSos kepada Serambi, Minggu (22/5) di Jeuram mengatakan, gangguan gajah liar yang selama ini turun dari kawasan hutan itu semakin sulit dicegah. Selain jumlahnya tergolong banyak, satwa dilindungi itu juga kerap menyebabkan harta benda milik masyarakat dirusak setiap kali turun ke pemukiman masyarakat. “Gangguan gajah itu, telah menyebabkan puluhan hektare lahan pertanian dan perkebunan milik masyarakat rusak,” kata Camat Agusdi.

Ia mengatakan, meski pihaknya telah berulang kali melaporkan kasus itu kepada Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Aceh supaya mengatasi gangguan gajah liar itu, akan tetapi hingga kini pihak terkait sama sekali belum memberikan respons terhadap keluhan masyarakat tersebut. “Kita berharap BKSDA segera turun ke Senagan untuk membantu mengusir hewan uitu dari pemukiman warga,” kata Camat Agusdi.(edi)

Sumber Serambinews.com

Senin, 27 Juni 2011

Pertahankan Adat, 15 Warga Terasing Enggan Turun

Wed, May 4th 2011, 14:42

JEURAM - Sebanyak 15 orang masyarakat terasing hingga kini masih bertahan di kawasan pedalaman Gunong Kong dan enggan turun untuk bergabung ke pemukiman masyarakat lainnya di pemukiman baru di Desa Alue Waki, Kecamatan Darul Makmur, Kabupaten Nagan Raya.
Pasalnya, enggannya belasan warga yang tak ingin turun gunung itu guna mempertahankan adat istiadat lama di kawasan mereka, termasuk faktor usia yang tak memungkinkan untuk turun ke kawasan masyarakat dikarenakan faktor usia. Mengingat belasan masyarakat terasing yang kini masih bertahan di gunung itu rata-rata telah berusia lanjut dengan kisaran umur mencapai 80 tahun hingga lebih.
Camat Darul Makmur, Kabupaten Nagan Raya, Effendi kepada Serambinews.com, Rabu (4/5/2011), mengatakan, masih bertahannya belasan masyarakat itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya untuk mempertahankan kehidupan tradisional yang selama ini telah dilakoni selama puluhan tahun di kawasan pedalaman tersebut.
Apalagi di lokasi yang sangat jauh dan terisolir di Gunong Kong itu, kata Camat Hamidi, masyarakat yang telah lama menempati kawasan itu memang memiliki rumah sendiri dan lahan pertanian untuk bercocok tanam. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, masyarakat memang telah memiliki ketersediaan pangan untuk mempertahankan hidup.(dedi iskandar)

Sumber : Serambinews.com

Minggu, 26 Juni 2011

276 Jiwa Masyarakat Gunong Kong Huni Pemukiman Baru Setelah Puluhan Tahun Terasing di Pergunungan

Tue, May 3rd 2011, 15:12
276 Jiwa Masyarakat Gunong Kong Huni Pemukiman Baru
Setelah Puluhan Tahun Terasing di Pergunungan,
Laporan: Dedi Iskandar, Serambinews.com - Nagan Raya

SEKIAN puluhan tahun terasing, akhirnya 276 jiwa masyarakat Desa Gunong Kong, menempati pemukiman baru. Warga yang masuk dalam Kemukiman Alue Waki, Kecamatan Darul Makmur, Nagan Raya itu, sebelumnya menjadi masyarakat terasing. Mereka terisolasi di pergunungan puluhan tahun

Mereka hidup secara alamiah dengan pola tradisional--seakan terpisah dari dunia luar. Namun, setelah mulai menempati pemukiman baru di wilayah pedalaman tersebut, kata Bupati Nagan Raya, HT Zulkarnaini, kehidupan mereka mulai berubah. Masyarakat yang dikenal sebagai kelompok TR Tampok itu, telah hidup di rimba belantara sejak mereka melakukan perlawanan terhadap Belanda.

TR Tampok merupakan pimpinan yang terkenal dari perlawanan kala itu. Dia seorang pejuang yang dikenal kebal itu dan tanpa henti bergerilya melawan Belanda. Dan sekitar tahun 1935 saat putranya lahir bernama T Bentara Keumangan, yang populer dengan nama T Raja Ubit. Sejak itu mereka memutuskan hubungan dengan dunia luar, dan hidup secara alamiah di pergunungan Kong.

Kepada Serambinews.com, Selasa (3/5), Bupati Ht Zulkarnaini, mengatakan keberaadaan masyarakat Gunong Kong yang selama ini hidup terasing di wilayah pegunungan itu telah jauh berubah dan telah mengikuti pola hidup moderen. Mereka sudah berbaur dengan masyarakat lainnya dari pemukiman.Pemerintah pun memberi perhatian khusus, apalagi sudah terbuka akses jalan ke wilayah itu.

"Saat ini mulai berdaptasi dan mengikuti pola hidup masyarakat lainnya. "Sehingga kehidupan masyarakat di wilayah itu kini telah berjalan dengan baik," jar bupati Nagan Raya.

Dikatakan, sebelum pindah ke pemukiman baru, jika ingin bertemu dengan masyarakat Gunung Kong, harus menempu perjalanan selama dua hari berjalan kaki. Namun saat ini hanya hanya dalam hitungan jam, sudah sampai di wilayah tersebut.

Dengan menempati pemukiman baru itu, kata Bupati Nagan, maka tidak ada lagi wilayah terisolasi di kabupaten tersebut. Pemkab juga akan memberi akses dan hak yang sama dalam berbagai hal sebagaimana masyarakat di kemukiman lain dalam wilayah Nagan Raya.(*)

Sumber : Serambinews.com

Jumat, 24 Juni 2011

Nagan Raya Banjir 1,5 Meter, Belasan Ribu Warga Terkurung

Sat, Apr 30th 2011, 17:09
Laporan Dedi Iskandar, Serambinews.com - Nagan Raya

JEURAM - Nagan Raya diterjang banjir. Hinga Sabtu (30/4) air masih tergenang setinggi 1,5 meter. Akibatnya sebanyak 320 jiwa masyarakat pedalaman di Desa Kuala Seumayam, Kecamatan Darul Makmur, terkeping.

Banjir akibat hujan yang mengguyur wilayah itu dalam beberapa hari ini, telah mengisolasi masyarakat. Sebagian warga sudah diungsikan ke tempat yang lebih aman dikarenakan air terus.

Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kabupaten Nagan Raya, Drs Abdurrani Cut kepada Serambinew.com, kemarin sore mengatakan volume air terus naik, sehingga mengepung pemukiman warga di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Nagan. “Kami telah berupaya menembus lokasi banjir menggunakan kenderaan, akan tetapi lokasinya sangat sulit ditembus karena tingginya air, sehingga kami bersama tim relawan kemanusiaan terpaksa menempuh cara lain yakni menggunakan speed boat,” kata Abdurrani.

Timnya, sebut Kadis Sosial itu, menggunakan Speed Boat mengarungi sungai guna menuju ke pemukiman warga. Mereka menyalurkan bantuan makanan masa panik. "Kita juga telah memobilisasi tenda pengungsian serta berbagai kebutuhan masyarakat lainnya, sehingga diharapkan warga yang terkurung itu tak mengalami kelaparan," ujarnya.

Dikatakan, sejauh ini belum ada korban jiwa. “Kami belum bisa memastikan apakah air ini akan surut, karena sejauh ini mendung masih terjadi di Nagan Raya dan masih berpotensi hujan lebat,” ujar Abdurrani.


Sumber : Serambinews.com

Selasa, 21 Juni 2011

Pengrusakan Rawa Tripa Sulit Dibendung

Tue, Apr 19th 2011, 09:39
Tapal Batas Hutan Lindung belum Jelas

JEURAM-Aksi perambahan hutan lindung dan perusakan lahan rawa tripa yang masuk dalam Kawan Ekosistem Leuser (KEL) di Kabupaten Nagan Raya terus terjadi. Akibatnya, luas hutan lindung di wilayah itu terus berkurang.

Bupati Nagan Raya, Drs HT Zulkarnaini kepada Serambi, Senin (18/4) kemarin mengaku sangat resah dengan hal itu. Pasalnya, perambahan hutan lindung dan perusakan areal Rawa Tripa sangat sulit untuk dibendung maupun dicegah. Karena, katanya, tapal batas yang menentukan areal hutan lindung dengan hutan rakyat serta kawasan ekosistem leuser Rawa Tripa, hingga kini belum jelas.

“Yang ada cuma batas seperti gapura saja, sedangkan batasan tertentu seperti batas-batas lazimnya sebuah areal pertanahan atau sebuah kawasan itu hingga kini belum ada, sehingga banyak tak diketahui oleh masyarakat termasuk pemerintah,” katanya kecewa.

Akibatnya, ketika ditemukan adanya perambahan hutan yang disalahkan dan dipojokkan adalam Pemkab Nagan Raya. Padahal, kata Bupati Drs HT Zulkarnaini, pihaknya selaku pemerintah telah berupaya semaksimal mungkin menjaga kawasan hutan lindung dan Rawa Tripa.

Ia berharap pihak yang terkait dengan hutan lindung agar dalah perambahan hutan lindung jangan pemkab saja yang disalahkan tetapi semua pihak yang tak jelas menetapkan areal batas. “Pemerintah harus segera memperjelas batas kedua lahan ini (Rawa Tripa dan Hutan Lindung-red),” pintanya berulang-ulang. (edi)

Sumber : Serambinews.com

2.700 Hektare Lahan Masyarakat belum Digantirugi

*Sengketa Warga dengan Perusahaan Perkebunan Masih Terjadi
Mon, Apr 18th 2011, 09:25

JEURAM - Seluas 2.700 hektare lahan milik masyarakat di Kabupaten Nagan Raya hingga kini masih bermasalah dan belum dilakukan ganti rugi oleh pihak perusahaan, sehingga konflik yang terjadi antara masyarakat dan pihak perusahaan perkebunan di wilayah itu hingga kini masih terus terjadi dan sulit dilakukan pencegahan.

Wakil Bupati Nagan Raya M Kasem Ibrahim Bsc kepada wartawan, Kamis (14/4) mengakui, sejauh ini Pemkab setempat sedang berupaya menuntaskan persoalan itu karena melibatkan masyarakat pemilik tanah dengan pihak perusahaan, yang kini terus bersengketa.

Menurut M Kasem, total lahan yang kini masih bermasalah dan diperjuangkan oleh masyarakat itu mencapai 2.700 hektare yang terbagi di dua lokasi, yakni 700 hektare di Alue Gani, Kecamatan Tadu Raya, dan 2.000 hektare lahan di Kecamatan Darul Makmur dengan perusahaan yang berbeda pula.

Lahan 700 hektare yang kini diperjuangkan oleh masyarakat Alue Gani, Kecamatan Tadu Raya itu meminta bayaran seharga Rp 5-6 juga/hektare, sehingga jika dijumlahkan secara keseluruhan mencapai sekitar Rp 10 miliar lebih. Dan dalam hal ini, tentunya pihak perusahaan juga harus melakukan pelaporan ke atasan mereka di Jakarta guna membahas persoalan itu.

Karena berdasarkan informasi yang diterima olehnya, pihak perusahaan akan menuntaskan masalah ini pada Selasa (22/4) mendatang. Wabup M Kasem Ibrahim mengaku masih menunggu keputusan itu sehingga diharapkan sengketa lahan antara masyarakat dengan pemilik tanah bisa segera berakhir.

Apalagi selama ini telah banyak aksi yang dilakukan oleh masyarakat untuk memperjuangkan hak mereka, sehingga kerap melakukan berbagaimacam aksi di antaranya, pemblokiran badan jalan ke perusahaan perkebunan, pengambilan paksa buah sawit, penyanderaan alat berat, serta berbagai aksi lainnya.

Karena itu Wakil Bupati Nagan Raya M Kasem Ibrahim Bsc meminta kepada semua pihak di wilayah itu untuk menahan diri dan tak terlibat dalam konflik, dan diminta untuk menunggu proses yang kini dilakukan sehingga tak terjadi hal-hal yang tak diinginkan, pungkasnya.(edi)

Sumber : Serambinews.com

Lintas Barat-Selatan Aceh Terancam Putus

Mon, Apr 18th 2011, 08:35
Kepala Jembatan Lamie Tergerus Longsor

JEURAM - Kepala jembatan (abutment) Lamie di Kecamatan Darul Makmur, Kabupaten Nagan Raya kini semakin tergerus longsor akibat erosi sungai yang terus terjadi. Jika tak segera ditangani, dalam waktu tidak lama lagi ruas jalan nasional di lintasan Meulaboh-Tapaktuan tersebut diperkirakan akan putus.

Padahal, sejak tahun 2010 lalu Gubernur Aceh Irwandi Yusuf telah menunjuk sebuah perusahaan jasa kontruksi untuk mengangani persoalan itu, akan tetapi hingga tahun 2011 ini longsor yang merusak abutment Jembatan Krueng Lamie itu belum juga diperbaiki sama sekali.

Hal itu diungkapkan Wakil Bupati Nagan Raya, M Kasem Ibrahim BSc kepada Serambi, Minggu (17/4) kemarin. Menurutnya, penanganan longsor di abutment Jembatan Krueng Lamie itu merupakan kebutuhan yang sangat mendesak dan harus segera dilakukan. Pasalnya jembatan itu merupakan satu-satunya jembatan penghubung yang ada di pesisir barat selatan Aceh, yang menghubungkan antar kabupaten/kota di wilayah itu.

Apabila tak segera ditangani, maka tak menutupi kemungkinan dalam waktu dekat mendatang ruas jalan nasional di wilayah itu akan putus total. Mengingat jembatan itu kini banyak dilintasi pengguna jalan untuk melakukan berbagai aktivitas, termasuk mengangkut sembako yang didatangkan dari Kota Medan, Sumatera Utara ke kabupaten lainnya di pantai barat.

“Berdasarkan pengamatan saya di lokasi, kondisi erosi yang menggerus abutment (kepala jembatan) Krueng Lamie ini kian parah dan hanya tinggal sedikit lagi. Dan jika digerus erosi lagi, maka secara otomatis arus lalu-lintas masyarakat di pantai barat selatan Aceh akan putus total dan kembali seperti era tahun 1970 lalu,” kata Wabup M Kasem khawatir.

Di sisi lain, Wabup mengatakan, sekitar sepekan lalu ia telah menemui secara langsung Gubernur Aceh Irwandi Yusuf di Banda Aceh guna membicarakan persoalan jembatan tersebut. Dalam pertemuan itu terungkap bahwa penanganan longsor yang terjadi di Jembatan Krueng Lamie, telah ditunjuk rekanan guna mengatasi persoalan itu. Akan tetapi hingga tahun 2011 ini, kata Wabup M Kasem, penanganannya belum dilakukan sama sekali.

“Kita berharap Pemerintah Aceh serius mengatasi masalah ini, karena jembatan ini merupakan satu-satunya jembatan alternatif yang menghubungkan ke semua kabupaten/kota di pantai barat selatan Aceh,” katanya.

Rumah terancam amblas
Tak hanya itu, ratusan rumah masyarakat di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Krueng Lamie kini juga terancam amblas akibat erosi. “Kalau pihak Provinsi Aceh tak percaya, silahkan turun ke Nagan Raya biar kita saksikan bersama, karena masalah ini bukan omong kosong belaka, akan tetapi merupakan persoalan masyarakat yang kini resah dan membutuhkan pertolongan,” pungkas Wabup Nagan Raya M Kasem Ibrahim.(edi)

sumber : Serambinews.com

Senin, 13 Juni 2011

Kadis BMCK Aceh : Jalan Jeuram-Takengon Sudah Lancar Kembali

* Batu Besar Telah Dipinggirkan
Fri, Apr 15th 2011, 10:29

BANDA ACEH - Arus transportasi dari Jeuram (Nagan Raya)-Takengon (Aceh Tengah) yang putus total sejak Selasa (12/4), pada Kamis (14/4) sore kemarin sudah lancar kembali. Ditandai dengan melintasnya kembali angkutan barang dan penumpang dari kedua arah jalan tersebut.

“Bongkahan batu besar dan tanah liat yang menjadi penghalang arus transportasi telah berhasil dibersihkan dari badan jalan,” kata Kadis Bina Marga dan Cipta Karya (BMCK) Aceh, Dr Muhyan Yunan kepada Serambi, Kamis sore.

Penegasan senada disampaikan Haji Tito, kontraktor yang menangani pembersihan bongkahan batu besar dan tanah liat yang menimbun badan jalan pada puncak jalan kawasan Singgah Mata, Kecamatan Beutong, Kabupaten Nagan Raya. “Batu besar bersama tanah liatnya sudah kita bersihkan,” kata Tito, kontraktor asal Meulaboh, Aceh Barat.

Pembersihan bongkahan batu besar itu berhasil dilakukan, menurut Tito, setelah tiga alat berat (dua loader dan satu beko) dikerahkan ke lokasi longsor. Bongkahan batu besar yang jatuh dari area puncak gunung bersama tanah liat dan batu kecil lainnya, menurut laporan dari tiga operator alat berat, disebabkan hujan deras yang melanda kawasan pegunungan Singgah Mata sejak Minggu hingga Senin malam. Bongkahan batu besar itu jatuh menimbun badan jalan, Selasa pagi.

Menurut laporan operator alat berat, kemungkinan longsor lainnya bisa saja terjadi pada ruas jalan Jeuram-Takengon, terutama pada kawasan Pegunungan Singgah Mata. Sebab, kondisi tebing gunung di kawasan itu saat ini banyak yang kritis. Pada waktu hujan datang, air dari atas gunung mengalir sangat deras ke tebing gunung, membawa material batu dan tanah liat.

Di beberapa titik longsor yang telah dibersihkan, kata Tito, banyak ditemukan bongkahan batu besar yang luruh dari atas dan tebing gunung yang menimpa badan jalan. Kondisi tebing yang sudah sangat kritis dan rawan tanah longsor itu perlu menjadi perhatian pengendara kendaraan bermotor yang melintas di kawasan puncak Gunung Singgah Mata, terutama pada waktu hujan deras.

Ruas jalan Jeuram-Takengon ini, kata Kadis BMCK Aceh, Muhyan Yunan, merupakan ruas jalan startegis ruas tengah yang sangat ekonomis, menghubungan Aceh Tengah dengan Nagan Raya. Ruas jalan itu banyak dilalui angkutan umum untuk mengangkut hasil pertanian, perkebunan, dan kehutanan ke pasar ibu kota kabupaten. Mobil pribadi juga banyak yang melintas ruas jalan itu.

Pada waktu melintas di kawasan puncak Singgah Mata, Kadis BMCK Aceh mengingatkan para pengandara harus ekstrahati-hati. Alasannya, dari hasil pantauan pengawas jalan BMCK dan laporan operator alat berat yang membersihkan badan jalan, peluang terjadinya kembali tanah longsor di sejumlah ruas jalan cukup besar. Ini karena guyuran hujan sejak Minggu sampai Senin kemarin, menyebabkan banyak muncul benjolan batu besar di pinggir tebing gunung. Selain itu, pepohonan juga banyak yang tumbang karena tanahnya tergerus air hujan.

Diguyur hujan
Akibat hujan yang belum reda, longsor yang terjadi di tiga titik di Kecamatan Beutong Ateuh Banggalang, hingga kemarin siang masih belum bisa ditangani. Soalnya, alat berat yang disiagakan ke lokasi masih konsentrasi membersihkan material longsor di puncak Gunung Singgah Mata.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Bina Marga Nagan Raya, Drs HT Narensyah MSi kepada Serambi kemarin siang mengaku musibah longsor yang terjadi di kawasan Puncak Singgah Mata masih belum reda dan terus dilakukan pembersihan menggunakan alat berat yang didatangkan dari PT Wirataco Mitra Mulya Meulaboh milik pengusaha Haji Tito.

Tapi berdasarkan info terbaru dari Kepala Dinas BMCK Aceh, krisis di puncak gunung itu sudah berhasil ditangani setelah bongkahan batu besar yang menghalang badan jalan berhasil dipinggirkan menggunakan tiga alat berat.

Tiga hari
Sebelumnya, Johari selaku koordinator pekerja pembersihan material longsor yang ditemui wartawan di Puncak Singgah Mata mengaku pihaknya terus berupaya membersihkan material bongkahan batu gunung, lumpur, serta pasir yang menutupi badan jalan.

Ia memastikan, bongkahan batu dan lumpur serta pasir yang kini menumpuk di badan jalan baru bisa dibersihkan secepatnya atau setidak-tidaknya dalam tiga hari mendatang.

Tak serius
Bupati Nagan Raya, Drs HT Zulkarnaini yang ditanyai wartawan sebelum batu besar itu disingkirkan menilai, Pemerintah Aceh kurang serius menangani longsor di puncak Gunung Singgah Mata, Beutong. Pasalnya, meski kawasan itu berulang kali diterjang longsor, tapi penanganan yang dilakukan pemerintah hanyalah sebatas membersihkan, bukannya mencari solusi supaya musibah longsor tak terulang.

Padahal, menurut T Zulkarnaini, ruas jalan itu merupakan ruas jalan alternatif nasional yang menghubungkan ke sejumlah kabupaten/kota di kawasan tengah Aceh dan sangat strategis fungsinya untuk kelancaran arus transportasi. (her/edi)

sumber : Serambinews.com

Kamis, 09 Juni 2011

Lamban, Penanganan Lintas Jeuram-Takengon, Kadis BMCK Aceh Kerahkan Tiga Alat Berat

Thu, Apr 14th 2011, 14:11

Alat berat membersihkan bekas longsor di lintas Jeuram-Takengon kawasan puncak Gunung Singgah Mata, Kecamatan Beutong, Nagan Raya, Rabu (13/4). SERAMBI/DEDI ISKANDAR

JEURAM - Ruas jalan provinsi lintas Jeuram-Takengon yang putus total akibat longsor di kawasan Puncak Singgah Mata, Kecamatan Beutong, Nagan Raya, hingga Rabu (13/4) siang kemarin belum tertangani. Bongkahan batu besar yang runtuh dari tebing gunung pada Selasa (12/4) belum berhasil dipindahkan sehingga berdampak lumpuhnya mobilitas masyarakat.

Laporan terbaru yang diterima Serambi dari Kepala Dinas Bina Marga dan Cipta Karya (BMCK) Aceh, Muhyan Yunan menyebutkan, untuk mengatasi longsoran yang menutupi badan jalan Jeuram-Takengon, pihaknya telah memerintahkan seorang kontraktor untuk menangani persoalan tersebut. “Menurut laporan dari kontraktor tersebut kepada kami, ia telah mengirim tiga alat berat untuk membersihkan bongkahan batu gunung dan tanah liat yang menimbun badan jalan di kawasan Gunung Singgah Mata,” kata Muhyan Yunan yang dihubungi Serambi, Rabu (13/4) malam.

Muhyan juga mengatakan, jika masih diperlukan alat berat tambahan untuk mempercepat pembersihan tumpukan batu dan tanah yang menimbun badan jalan tersebut, pihaknya akan perintahkan lagi pengusaha tersebut (Haji Tito) untuk menambah dan mengirim ke sana agar arus transportasi barang dan masyarakat bisa segera normal.

Tanah longsor yang menimbun badan jalan Jeuram-Takengon itu, menurut Muhyan, paling cepat bisa disingkirkan dalam waktu tiga hari. Itu pun kalau di lokasi tersebut tidak hujan lagi. “Jika masih hujan, tiga alat berat yang telah dikirim ke sana, yaitu dua loader dan satu beko tidak bisa bekerja maksimal,” demikian Muhyan.

Dari Nagan Raya dilaporkan, akibat lambannya penanganan ruas jalan tersebut, ribuan masyarakat di Kecamatan Beutong Ateuh Banggalang, Kabupaten Nagan Raya, terkurung. Akses mereka ke ibu kota kabupaten di Jeuram tertutup. Kalau pun ada yang tetap nekat melintas, hanya sebatas sepeda motor dan pikap, itu pun harus berjibaku dalam kubangan lumpur.

Pelaksana Tugas (Plt) Kadis Bina Marga Nagan Raya, Drs HT Narensyah MSi kepada Serambi, Rabu (13/4) mengatakan, longsor kali ini sangat parah karena bongkahan batu yang diperkirakan mencapai puluhan ton jatuh dan menutup badan jalan. “Kami belum berhasil memindahkannya,” kata Narensyah. “Kami sedang berupaya meminta bantuan alat berat milik perusahaan,” ujarnya.

Menurut Narensyah, Pemkab Nagan Raya sudah melaporkan masalah itu ke Pemerintah Aceh namun hingga Rabu (13/4) belum ada tanggapan. “Bupati Nagan Raya sudah menyurati Gubernur Aceh supaya segera mengatasi masalah ruas jalan provinsi lintas Jeuram-Takengon, karena menyangkut kepentingan banyak orang” ujar Narensyah.

Sejak putusnya hubungan ke Jeuram, masyarakat Kecamatan Beutong Ateuh Banggalang terpaksa ke Takengon untuk membeli kebutuhan sehari-hari seperti sembako. Jarak tempuh ke Takengon relatif lebih jauh jika dibandingkan ke Jeuram. “Potensi longsor masih tetap tinggi karena masih tingginya intensitas hujan,” kata seorang warga Beutong Ateuh.

Kejadian rutin
Kadis BMCK Aceh, Muhyan Yunan menjelaskan, longsor atau amblasnya badan jalan merupakan masalah rutin untuk ruas jalan baru maupun jalan lama yang berada di perbukitan/pegunungan. Ini disebabkan karena hujan deras atau akibat pengrusakan hutan.

Tanah longsor, kata Yunan sering terjadi di daerah yang kondisi lapisan tanahnya sangat gembur, kurang berbatuan, serta pupulasi pohonnya di pinggiran tebing banyak yang rusak akibat penebangan liar. “Ketika diguyur hujan, tanahnya tergerus sedangkan saat kemarau tanahnya terbelah-belah. Kondisi tanah yang terbelah-belah sangat rawan longsor,” ujar Muhyan Yunan.

Selain itu, lanjutnya, perubahan iklim global, volume hujan sudah melampui batas normal (anomali). Program pelarangan penebangan pohon yang dibuat Gubernur Aceh tiga tahun lalu adalah bagian dari usaha pencegahan terjadinya tanah longsor di perbukitan dan pegunungan seperti kawasan Singgah Mata, Kecamatan Beutong.(edi/her)

Sumber : Serambinews.com

Warga Nagan Blokir Jalan ke PT SPS 1

* Dirikan Dapur Umum di Lokasi PemblokiranThu,
Apr 14th 2011, 14:00

JEURAM - Ratusan masyarakat Desa Alue Gani, Kecamatan Darul Makmur, Kabupaten Nagan Raya, sepanjang Rabu (13/4) memblokir akses jalan ke PT Surya Panen Subur (SPS) 1 di kawasan desa tersebut. Masyarakat yang mengaku sebagai pemilik tanah bertekad tidak akan mundur sebelum masalah ganti rugi dituntaskan. Mereka mendirikan dapur umum di lokasi pemblokiran.

Menurut informasi, ada sekitar 60 hektare lahan masyarakat yang belum dibayar ganti rugi oleh PT SPS 1. Sengketa itu sudah pernah dimediasi oleh Pemkab Nagan Raya akan tetapi belum ada titik temu.

Nyak Abu Bakar MD, salah seorang korban sengketa lahan tersebut kepada Serambi mengatakan, pemblokiran jalan ke PT SPS 1 dilakukan karena warga kesal dengan pihak perusahaan akibat berlarut-larutnya penyelesaian ganti rugi.

Di jalan masuk ke PT SPS 1 tersebut, warga menempatkan drum dan kayu. Warga juga mendirikan dapur umum karena mereka bertekad tidak akan mundur sebelum persoalannya tuntas. “Kami akan terus bertahan di lokasi sampai masalah ini jelas. Selama ini kami hanya menerima janji-janji belaka,” tandas Nyak Abu Bakar.

Melanggar hukum
Kapolres Nagan Raya AKBP Drs Ari Soebijanto mengatakan, pihaknya sudah menurunkan aparat kepolisian ke titik pemblokiran untuk bernegosiasi dengan masyarakat agar pemblokiran itu dibuka. “Pemblokiran jalan merupakan tindakan melanggar hukum karena berdampak pada terganggunya kepentingan umum. Ini tak boleh terjadi,” kata Soebijanto.

Kapolres mengatakan, kalau memang masyarakat merasa dirugikan oleh perusahaan agar melapor ke polisi supaya diproses sesuai ketentuan hukum yang berlaku. Masyarakat yang merasa tanahnya diambil oleh perusahaan, silakan menunjukkan bukti kepemilikan tanah yang dikuatkan dengan sertifikat yang diterbitkan pihak BPN.

Terhadap penyelesaian ganti rugi sebagaimana tuntutan masyarakat, polisi menyerahkan sepenuhnya kepada Pemkab Nagan Raya dan pihak perusahaan untuk menyelesaikan.

Sedang ditangani
Community Development Area Manajer (CDAM) PT SPS Nagan Raya, Ir M Basir Has yang dimintai tanggapannya oleh Serambi, Rabu (13/4) siang mengatakan pihak perusahaan sedang menangani persoalan dengan masyarakat Alue Gani.

PT SPS, menurut Basir tetap komit menuntaskan masalah yang muncul bahkan sedang dilakukan pembahasan untuk menentukan langkah terbaik. “Kita sudah memberikan surat kepada masyarakat yang intinya bahwa pihak perusahaan tetap komit menyelesaikan masalah,” kata Basir.

Saat ini, lanjut Basir, sedang melakukan proses administrasi supaya nantinya ketika dilakukan pembayaran ganti rugi lahan tak terjadi pembayaran dobel. “Apalagi lahannya sangat luas sehingga membutuhkan waktu untuk menuntaskannya. Intinya perusahaan tetap komit menuntaskan masalah ini,” demikian Basir.(edi)

Sumber : Serambinews.com

Lintas Jeuram-Takengon Putus Total

* Puncak Singgah Mata Longsor
Wed, Apr 13th 2011, 10:58


Sejumlah warga terpaksa berhenti di ruas jalan provinsi di lintasan Jeuram-Takengon kawasan puncak pegunungan Singgah Mata, Kecamatan Beutong, Nagan Raya. Hingga Selasa (12/4) kemarin ruas jalan di kawasan pegunungan itu masih sulit dilintasi akibat longsor gunung yang terus terjadi. SERAMBI/DEDI ISKANDAR

JEURAM - Ruas jalan provinsi di lintasan Jeuram-Takengon, tepatnya di kawasan puncak Gunung Singgah Mata, Kecamatan Beutong, Kabupaten Nagan Raya, Selasa (12/4) kemarin siang dilaporkan putus total. Ini karena, jatuhnya bongkahan batu besar dari area puncak gunung ke badan jalan, ditambah parahnya longsor tebing gunung ke jalan yang dilintasi banyak pengendara itu.

Akibatnya, puluhan kendaraan yang melintas di jalur itu terhalang batu besar dana terjebak longsor, sehingga harus berbalik arah. Bila paginya masih ada sebagian kendaraan yang terpaksa ditarik ke seberang titik longsor, tapi siang hingga sore kemarin tidak satu pun lagi kendaraan bisa melintas, karena terhalang bongkahan batu besar yang jatuh ke badan jalan. Belum lagi lumpur tebal masih menjadi kendala akibat derasnya guyuran hujan.

Tak hanya itu, tiga titik longsor kemarin bertambah lagi di ruas jalan provinsi itu, tepatnya di kawasan Beutong Ateuh Banggalang. Ini mengharuskan puluhan warga kerja bakti untuk membersihkan pasir dan batu gunung yang memenuhi badan jalan dan telah menjebak para pengguna jalan yang berlalu lalang.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Bina Marga Nagan Raya, HT Narensyah yang menghubungi Serambi, Senin sore, melaporkan, longsor di puncak Gunung Singgah Mata, Kecamatan Beutong itu kini makin parah. Pasalnya, material pasir dan batu gunung di kawasan itu terus luruh, sehingga menimbun badan jalan.

Apalagi menjelang sore, bongkahan batu besar dari area puncak gunung luruh ke badan jalan. Derita warga dan pengguna jalan di kawasan itu semakin lengkap, karena hujan deras terus mengguyur kawasan pegunungan itu, sehingga material longsor yang memenuhi badan jalan sangat sulit untuk dipindahkan ke sisi jalan. “Longsornya terus terjadi. Pemkab Nagan Raya tak mampu mengatasi hal ini, karena alat yang kami miliki sangat terbatas,” katanya.

Ia deskripsikan, material longsor itu terus berjatuhan ke badan jalan saat diguyur hujan lebat. Dalam pada itu, ketika tanah yang memenuhi badan jalan itu berhasil dipindahkan, material lainnya pun ikut luruh sehingga harus dilakukan pencegahan serius agar kondisi jalan tidak semakin parah.

Tambah tiga titik
Di sisi lain, kata Narensyah, longsor yang terjadi di lintasan Jeuram-Takengon itu kini bertambah tiga titik lagi di kawasan Beutong Ateuh Banggalang. Akibatnya, puluhan warga setempat terpaksa dikerahkan bergotong royong untuk membersihkan material longsor yang ikut menjebak para pengguna jalan.

Apalagi kondisi jalan yang mengalami longsor itu, katanya, saat ini hanya bisa dilintasi kendaraan roda dua atau kendaraan roda empat berbadan kecil. “Secara umum sangat kecil kemungkinan untuk menerobos longsor tersebut karena tak ada celah untuk bisa melintasinya,” kata Narensyah.

Oleh karenanya, Plt Kepala Dinas Bina Marga Nagan Raya itu meminta kepada Gubernur Aceh supaya segera menurunkan tim ke kawasan Singgah Mata guna mengatasi longsor yang terus terjadi. Soalnya, hingga kini Pemkab Nagan Raya tak mampu mengatasi masalah itu lantaran terbatasnya alat berat yang dimiliki, di samping bukan tanggung jawab pemkab setempat memperbaikinya, mengingat ruas jalan itu berstatus jalan provinsi.

Ikut terjebak
Narensyah menambahkan, sejak Senin hingga Selasa (11-12/4) kemarin puluhan kendaraan roda empat yang melintas di rute Jeuram-Takengon ikut terjebak longsor dan terpaksa harus kembali ke tempat pemberangkatannya. Ini karena, badan jalan yang berada di kawasan itu sangat sulit dilintasi akibat tertimbun longsor dan menyebabkan antrean panjang.

Apalagi sejumlah kendaraan ikut terjebak lumpur sehingga terpaksa ditarik menggunakan kendaraan lain. Bahkan rombongan Bupati Nagan Raya, Drs HT Zulkarnaini yang kembali dari Beutong Ateuh Banggalang ikut terjebak longsor, namun berhasil diatasi sepihak oleh anggota rombongan.

Zulkifli, pengguna jalan di lintasan yang kini bermasalah itu, kepada Serambi kemarin mengakui, longsor yang terjadi di Pegunungan Singgah Mata itu makin parah kondisinya. Ia juga minta kepada Pemerintah Aceh supaya segera mengatasi persoalan itu sebelum jalur itu putus dan mengisolasi ribuan masyarakat Beutong Ateuh. (edi)

Sumber : Serambinews.com

Lintas Jeuram-Takengon Longsor Lagi

* Bongkahan Batu dan Kabut Jadi Ancaman
Tue, Apr 12th 2011, 10:31


Seorang warga melihat timbunan longsor di ruas jalan provinsi lintasan Jeuram-Takengon, kawasan puncak pegunungan Singgah Mata, Kecamatan Beutong, Nagan Raya, Senin (11/4) siang. SERAMBI/DEDI ISKANDAR

JEURAM - Ruas jalan provinsi di lintasan Jeuram (Nagan Raya)-Takengon (Aceh Tengah), tepatnya di kawasan puncak pegunungan Singgah Mata, Kecamatan Beutong, Kabupaten Nagan Raya, Senin (11/4) pagi kembali longsor, akibat hujan lebat yang mengguyur kawasan itu sejak pekan lalu.

Akibatnya, gugus bebatuan besar dan pasir gunung berjatuhan, sehingga menutupi sekitar 200 meter badan jalan. Ruas jalan itu juga sangat licin dan berlumpur, sehingga sukar dilintasi kendaraan. Alhasil, sebagian besar pengguna jalan terpaksa balik arah, kembali ke Jeuram, ibu kota Kabupaten Nagan Raya.

Di tengah kondisi yang demikian, Serambi berupaya mengabadikan gambar langsung di lokasi longsor, puncak Gunung Singgah Mata, Kecamatan Beutong, kemarin siang. Tapi wartawan harian ini tak leluasa mengambil gambar, karena puncak gunung tersebut dipenuhi kabut asap tebal, sehingga mengganggu jarak pandang. Belum lagi saat itu hujan lebat sedang mengguyur.

Terlihat, sejumlah kendaraan roda empat yang berupaya menembus lokasi longsor terpaksa menyerah dan berbalik arah guna menghindari hal-hal yang tak diinginkan di lokasi rawan longsor itu. Apalagi sejumlah pejabat Pemkab Nagan Raya juga gagal menjangkau lokasi saat menuju Kecamatan Beutong Ateuh Banggalang guna menghadiri acara peresmian kecamatan baru di kawasan pegunungan itu.

Namun, beberapa pengendara sepeda motor (sepmor) yang meluncur dari arah Takengon, Aceh Tengah, menuju kawasan Nagan Raya, berhasil melintasi lokasi longsor itu, karena jalan yang dibutuhkan sepmor tidak selebar yang dibutuhkan kendaraan roda empat. Begitu ada sedikit celah jalan, sepmor langsung bisa melintas.

Fauzi, salah satu pengguna jalan, warga Kota Jeuram, Kecamatan Seunagan kepada Serambi di lokasi longsor mengaku longsor terjadi Senin pagi kemarin akibat guyuran hujan lebat yang sering melanda kawasan pegunungan itu.

Meski sisa longsor sebelumnya telah diatasi oleh pihak terkait, akan tetapi longsor yang terjadi kemarin ikut mengganggu arus lalu lintas. Pengguna jalan umumnya tak berani melintas karena takut akan ada longsor susulan. Lebih-lebih karena, bongkahan batu besar yang berada di sisi kanan jalan, kini hampir jatuh ke badan jalan. Pergerakan kendaraan di sekitar itu, dikhawatirkan warga bisa menyebabkan bongkahan batu besar itu luruh dan makin menutup badan jalan.

“Kami tak mau ambil risiko dan terpaksa berbalik arah. Soalnya, badan jalan licin dan kawasan ini juga rawan longsor susulan. Apalagi hujan lebat terus mengguyur,” katanya.

Hal senada diutarakan Anwar, pengguna jalan di Kota Meulaboh. Menurutnya, longsor yang terjadi di puncak Gunung Singgah Mata kemarin menyebabkan ia bersama rekan-rekannya yang lain tak bisa melintasi ruas jalan tersebut. Apalagi perjalanan mereka terganggu oleh tebalnya kabut asap.

Selain itu, hingga kemarin bebatuan gunung dan pasir yang berada di kawasan itu terus berjatuhan akibat guyuran hujan. Anwar sangat menyayangkan karena hingga kemarin tidak terlihat adanya alat berat yang siaga di lokasi longsor. “Saya khawatir, longsor yang terjadi itu akan memutuskan arus transportasi masyarakat,” kata Anwar.

Sementara itu, Plt Dinas Bina Marga Nagan Raya, HT Narensyah yang berupaya dikonfirmasi Serambi, hingga berita ini diturunkan kemarin sore tidak berhasil dihubungi. Yang bersangkutan dikabarkan telah berada di Beutong Ateuh bersama rombongan Bupati Drs HT Zulkarnaini yang meresmikan kecamatan baru. Sayangnya, hp Narensyah yang kemarin dihubungi berkali-kali tidak tersambung, karena berada di luar jangkauan. (edi)

Sumber : Serambinews.com

Pemkab Resmikan Kecamatan Beutong Ateuh Banggalang

Tue, Apr 12th 2011, 08:57

JEURAM-Pemerintah Kabupaten Nagan Raya, Senin (11/4) kemarin meresmikan Kecamatan Beutong Ateuh Banggalang, sebagai kecamatan baru yang dimekarkan dari kecamatan induk Beutong Ateuh di Gampong Kuta Teungoh, ibukota kecamatan setempat yang dihadiri ribuan masyarakat.

Dalam kesempatan itu, Bupati Nagan Raya, Drs HT Zulkarnaini juga menyerahkan operasional listrik selama 24 jam penuh bagi ribuan masyarakat yang berada di kawasan pedalaman dan lembah pegunungan tersebut. Dengan demikian, diharapkan kehidupan masyarakat yang selama ini hanya menikmati listrik selama 12 jam sehari semalam, diharapkan bisa maksimal tanpa adanya gangguan apapun.

Mengingat selama ini, ketika siang harinya, ribuan masyarakat tak bisa menikmati sarana listrik di wilayah itu akibat terbatasnya mesin dan daya listrik, sehingga ikut mengganggu aktivitas masyarakat di berbagai sektor.

Dalam sambutannya kemarin, Bupati Drs HT Zulkarnaini berharap dengan peresmian kecamatan baru tersebut diharapkan mampu meningkatkan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat di Beutong Ateuh dan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.

Beutong Ateuh Banggalang itu merupakan lokasi yang sangat strategis karena berada di jalur alternativ lintas tengah menuju kabupaten di bagian tengah Aceh. Kawasan ini sangat berpotensi untuk berkembang seperti kecamatan lainnya di Nagan Raya. dalam kesempatan itu ia juga melantik pj camat yang baru TM Syam. (edi)

Sumber : Serambinews.com

Rabu, 08 Juni 2011

Lahan Diserobot, Warga Sandera Alat Berat

* Buah Sawit PT Astra Dipanen Paksa
Fri, Apr 8th 2011, 10:35

JEURAM - Ratusan warga di Desa Ujong Krueng, Kecamatan Darul Makmur, Nagan Raya, Kamis (7/4) kemarin, dilaporkan menyandera tiga unit alat berat yang sedang membuka lahan milik seorang anggota DPRK setempat, yang diduga telah ikut menyerobot pula puluhan hektare lahan masyarakat.

Ketua Pemuda Gampong Ujong Krueng, Kecamatan Darul Makmur, Kabupaten Nagan Raya, Ramli yang menghubungi Serambi, kemarin mengaku penyanderaan tiga unit alat berat itu dimaksudkan untuk menghentikan sementara pembukaan lahan oleh seorang wakil rakyat di lahan yang diklaim milik masyarakat setempat.

Dikatakannya, lahan warga yang terletak di perbatasan Kecamatan Darul Makmur dan Tadu Raya, belum jelas tapal batasnya dan harus segera diluruskan agar tak menimbulkan konflik antara warga dan wakil rakyat tersebut. “Alat berat yang berhasil kami bawa pulang ke kampung hanya satu unit, dan dua unit lainnya kami hentikan aktivitasnya dan kami sandera di areal perkebunan,” jelasnya.

Menurut Ramli, penyanderaan ketiga unit alat berat yang tersebut dilakukan warga dikarenakan hingga kini dengan penggarap lahan, tak mencapai kata sepakat sehingga mereka memutuskan untuk menyandera alat berat dengan harapan supaya persoalan itu bisa segera berakhir dan ada solusinya. “Kami tidak akan mengakhiri aksi penyanderaan ini sebelum kasus tersebut diselesaikan dengan baik oleh pihak terkait,” katanya.

Panen paksa
Sementara itu, dari Desa Alue Gani, Kecamatan Tadu Raya, kabupaten setempat sekitar seratusan masyarakat sepanjang siang kemarin terpaksa memanen secara paksa buah sawit di lahan seluas 80 hektare milik PT Astra Agro Lestari.

Pengambilan paksa hasil kebun itu dilakukan warga setelah masyarakat bersama pihak perusahaan, gagal mencapai titik temu guna memastikan pembayaran ganti rugi lahan. Sehingga warga yang tak mau perkebunan sawit itu tumbuh di lahan mereka malah mengambil secara paksa untuk dipanen guna selanjutnya dijual dan dibagikan kepada seluruh pemilik tanah.

Sejumlah warga yang menghubungi Serambi, kemarin, mengaku mengambil paksa buah sawit milik perusahaan itu karena hingga kini pihak perusahaan belum bersedia membayar ganti rugi lahan yang mereka miliki. “Kami akan mengakhiri hal ini, apabila tanah kami dibayar pihak perusahaan” kata seorang warga.

Menanggapi persoalan itu, Kapolres Nagan Raya AKBP Drs Ari Soebijanto mengaku telah berupaya menghentikan aksi pengambilan secara paksa buah sawit di lahan milik perusahaan yang dilakukan oleh seratusan masyarakat yang mengklaim lahan tersebut milik warga.

Menurutnya, meski polisi telah berusaha mencegah supaya perbuatan itu tak dilakukan, namun warga tetap saja memaksa kehendak untuk melakukan aksinya. Sehingga guna menghindari adanya hal-hal yang tak diinginkan, polisi juga melakukan tindakan persuasif, akan tetapi hal itu tak juga berhasil.

Ia mengaku akan mengambil tindakan terhadap aksi yang dilakukan warga, mengingat pengambilan buah sawit secara paksa itu merupakan bentuk pelanggaran hukum yang harus ditindak tegas. “Polisi hanya bisa melindungi dan mengakui kepemilikan tanah itu jika pemiliknya mempunyai mempunyai sertifikat,” katanya.(edi)

Sumber : Serambinews.com

Selasa, 07 Juni 2011

Kabut Asap Ganggu Aktivitas Warga di Nagan

* Diduga Akibat Pembakaran Lahan
Thu, Apr 7th 2011, 09:48

JEURAM - Aksi pembakaran lahan dilaporkan kembali terjadi di sejumlah kawasan di Kabupaten Nagan Raya. Akibatnya, sejumlah kecamatan di wilayah itu kini menimbulkan kabut asap yang bukan saja mengganggu aktivitas warga, tapi juga sangat mengganggu para pengguna jalan raya karena jarak pandang terbatas.

Pantauan Serambi, Rabu (6/4) kemarin kabut asap yang melanda kawasan itu telah meliputi enam kecamatan di Nagan Raya di antaranya Kecamatan Suka Makmue, Seunagan, Seunagan Timur, Beutong, serta sebagian kecamatan Kuala dan Kuala Pesisir. Bahkan lokasi yang terparah terjangan kabut asap itu berada di Kecamatan Suka Makmue, mengingat dampak yang ditimbulkan menyebabkan warga mengalami iritasi dan tak bisa melihat secara jelas.

Kabag Humas Setdakab Nagan Raya, Drs Said Amri mengatakan, kabut asap yang melanda kawasan itu mulai mengganggu aktivitas masyarakat setempat. Selain itu, kabut asap yang terjadi kemarin juga ikut mengganggu para pengendara kendaraan bermotor karena jarak pandang terbatas dan menimbulkan iritasi di mata.

Said Amri menduga, penyebab kabut asap yang melanda kawasan itu diakibatkan maraknya pembakaran lahan yang dilakukan masyarakat serta kemungkinan besar terbakarnya lahan. Namun untuk mencegah meluasnya hal itu, ia akan berkoordinasi dengan pihak terkait guna melakukan berbagai langkah pencegahan supaya kabut asap itu tak meluas.

Turunkan tim
Secara terpisah, Kapolres Nagan Raya AKBP Drs Ari Soebijanto yang dikonfirmasi Serambi, kemarin mengaku belum mendapatkan laporan terkait pembakaran ataupun kebakaran lahan yang terjadi di kawasan itu. Namun ia mengaku sudah memerintah personelnya untuk menyelidiki dan memastikan penyebab kabut asap yang melanda sejumlah kecamatan di wilayah itu.

Menurut Kapolres Ari Soebijanto, kabut asap yang disebabkan oleh pembakaran lahan yang dilakukan masyarakat itu merupakan bentuk pelanggaran dan harus memiliki izin dari pemerintah, sebelum melakukan pembukaan lahan. “Peristiwa ini masih kita telusuri, dan saya masih menunggu laporan dari tim yang sudah kita turunkan ke lapangan,” katanya. (edi)

Sumber : Serambinews.com

Senin, 06 Juni 2011

Tuntut Perbaikan Jalan dan Jembatan, Ratusan Warga Nagan Demo DPRK dan Kantor Bupati

* Ancam Boikot Pilkada
Tue, Apr 5th 2011, 11:03


Ratusan warga dari sejumlah desa dari Kemukiman Kuta Makmue-Seumambek, Kecamatan Kuala, Nagan Raya, Senin (4/4) menggelar aksi unjukrasa di halaman Kantor Bupati Nagan Raya. Mereka menuntut pembangunan jembatan dan jalan yang telantar dan berdebu. Sebelumnya, massa juga sempat menggelar aksi serupa di DPRK setempat. SERAMBI/DEDI ISKANDAR

JEURAM - Ratusan masyarakat yang berasal dari Desa Seumambek, Macah, Gunong Reubo, Kuta Makmue, Blang Baro, Pulo Ie, serta Padang Rubek, Kecamatan Kuala dan Suka Makmue, Kabupaten Nagan Raya yang tergabung dalam Barisan Duka Meurandeh (Bakeudeh), Senin (4/4) kemarin berunjuk rasa ke gedung DPRK dan kantor bupati setempat di Kompleks Perkantoran Suka Makmue.

Kedatangan ratusan massa yang juga mengikutsertakan kaum ibu dan anak itu semula dilakukan di gedung DPRK guna menyampaikan aspirasi mereka di hadapan wakil rakyat. Bahkan dalam orasi yang disampaikan secara bergantian itu, masyarakat akhirnya diterima Ketua DPRK Nagan Raya, Samsuardi alias Juragan.

Mendengar penjelasan itu, akhirnya Ketua DPRK bersama ratusan warga mendatangi Kantor Bupati Nagan Raya yang berada bersebelahan dengan setdakab, guna bergabung dengan massa yang berjalan kaki serta ikut mengusung sejumlah tulisan yang intinya memrotes pemkab setempat karena masih telantarnya Jembatan Gunong Reubo dan tak adanya pembangunan badan jalan di kawasan pedalaman tersebut.

Bahkan sesampainya di pintu gerbang Kantor Bupati Nagan Raya, langkah Ketua DPRK Samsuardi beserta ratusan warga terhenti oleh penjagaan ketat yang dilakukan Satpol PP bersama aparat kepolisian. Massa yang mulai kepanasan dalam terik matahari itu malah tidak tinggal diam dan terus berorasi.

Bahkan dalam orasi yang disampaikan secara bergantian itu dibacakan tiga poin penting. Di antaranya, mendesak Pemkab Nagan Raya segera melaksanakan lanjutan pembangunan jembatan lintas Simpang Peuet-Gunong Reubo paling lambat dalam tahun 2011 ini.

Kedua, masyarakat meminta Pemkab Nagan Raya segera membangun jalan lintas gampong di kawasan Meurandeh (seberang sungai) Krueng Nagan yang kini rusak parah dan meninggalkan debu bagi masyarakat. Ketiga, bila aspirasi mereka tak ditanggapi secara serius oleh Pemkab

Nagan Raya, mereka mengancam tidak akan ikut dalam pilkada mendatang. Bahkan sebagian besar warga desa di kawasan itu akan kembali bergabung ke Aceh Barat yang merupakan bekas kabupaten induknya. “Itulah tuntutan dan kebutuhan yang sangat mendesak bagi kami masyarakat yang berdomisili di Meurandeh (seberang sungai -red), semoga para pemangku jabatan dapat membuka mata untuk melihat dan memperhatikan nasib masyarakat yang kini memprihatinkan,” teriak seorang orator.

Sementara itu, Bupati Nagan Raya didampingi Wabup M Kasem Ibrahim BSc, Kapolres Ari Soebijanto, Dandim 0116 Nagan Raya Letkol Inf Nanang Arianto, Ketua DPRK Samsuardi, Sekdakab Drs HT Zamzami TS MM beserta sejumlah unsur muspida menerima perwakilan masyarakat yang menyampaikan aspirasi tersebut. Acara itu berlangsung di ruang Asisten I Setdakab Nagan Raya.

Bahkan saat menemui ratusan massa di halaman Kantor Bupati Nagan Raya, Bupati T Zulkarnaini yang dikawal ketat petugas keamanan dan unsur muspida menjelaskan kepada warga bahwa aspirasi yang mereka sampaikan itu telah ditindaklanjuti. Bahkan ia berjanji, pembangunan lanjutan jembatan Simpang Peuet-Gunong Reubo itu akan dituntaskan pembangunannya dalam tahun 2011 ini, mengingat dana untuk pembangunan itu juga diplotkan dalam APBK sebesar Rp 1 miliar lebih dan diusulkan di APBA sebesar Rp 6 miliar.

“Apabila dana ini tak diberikan provinsi, maka saya bersama masyarakat yang akan datang langsung menghadap Gubernur Aceh untuk menyampaikan aspirasi,” kata T Zulkarnaini yang turut disambut tepuk tangan ratusan warga.

Mengenai pembangunan jalan kabupaten di kawasan itu, Bupati T Zulkarnaini mengaku akan membangunnya sesuai dengan anggaran yang ada, sehingga permukiman warga tak lagi berdebu. Namun, menyangkut tuntutan pengaspalan jalan desa, ia mengaku akan memperhatikan usulan tersebut dan belum bisa dipenuhi, mengingat terbatasnya anggaran yang ada.

Setelah mendapat jawaban langsung dari Bupati Nagan Raya, ratusan massa yang sebelumnya telah bertahan di bawah terik matahari langsung membubarkan diri secara tertib. Mereka kembali ke kampung halamannya masing-masing. (edi)

Sumber : Serambinews.com

Pemkab Nagan Gelar Musrenbang

Tue, Apr 5th 2011, 08:53

JEURAM-Setelah dua kali tertunda, Pemerintah Kabupaten Nagan Raya, Senin (4/4) kemarin melaksanakan Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) yang dihadiri puluhan peserta yang berasal dari unsur SKPK, DPRK, Camat, serta berbagai unsur lainnya berlangsung di aula Bappeda setempat.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Nagan Raya, Teuku Raja Keumangan SH dalam sambutannya mengatakan tujuan pelaksanaan Musrenbang itu untuk mendapatkan masukan terhadap penyempurnaan rancangan awal kerja pemerintah daerah yang memuat prioritas pembangunan daerah, penentuan alokasi anggaran, serta pemutakhiran data dan informasi terhadap kegiatannya yang bersumber pada ABPA, APBN, serta pendapatan lainnya.

Sementara itu, Wakil Bupati Nagan Raya, M Kasem Ibrahim Bsc saat membuka kegiatan dimaksud berharap kepada seluruh pihak, supaya dalam menentukan arah prioritas pembangunan tetap mengacu ke arah yang lebih menyetuh kepentingan masyarakat banyak, sekaligus mampu memprioritaskan yang terbaik sesuai dengan usulan yang ada. (edi)

Sumber : Serambinews.com

Minggu, 05 Juni 2011

Longsor di Lintas Jeuram-Takengon Masih Mengancam

* Angkutan Umum belum Berani Lewat
Sat, Apr 2nd 2011, 11:12

JEURAM - Ruas jalan provinsi di lintas Jeuram (Nagan Raya)-Takengon (Aceh Tengah), tepatnya di kawasan pegunungan Gunung Singgah Mata, Kecamatan Beutong, Nagan Raya, sejak Kamis sore hingga Jumat (1/4) kemarin telah bisa dilintasi. Sebelumnya, kawasan pegunungan ini dilanda longsor yang menutup badan jalan sepanjang 10 meter, sehingga arus transportasi lumpuh.

Namun, meski longsor sudah berhasil ditangani, hingga kini ruas jalan alternatif itu masih rawan longsor dan batuan gunung kerap berjatuhan, sehingga warga diminta ekstrahati-hati saat melintas. “Jika diguyur hujan, maka tidak tertutup kemungkinan kawasan itu akan kembali longsor,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Bina Marga dan Pekerjaan Umum Kabupaten Nagan Raya, Teuku Nahrensyah menjawab Serambi, Jumat (1/4) kemarin.

Secara umum, menurutnya, kawasan itu sudah bisa dilintasi kembali setelah pemkab setempat menurunkan sejumlah alat berat untuk mengeruk material longsor pascakejadian, Selasa (29/3) malam. Namun, apabila terus dibiarkan seperti keadaan sekarang ini, tanpa adanya penanganan apa pun dari pihak provinsi, maka musibah longsor berpeluang terjadi lagi.

Oleh karena itu, Nahrensyah meminta kepada Pemerintah Aceh untuk segera menangani lintasan Jeuram-Takengon, khususnya di kawasan Pegunungan Singgah Mata, sehingga longsor yang memacetkan arus lalu lintas tidak terulang kembali.

Takut melintas
Secara terpisah, si Am, petugas loket CV Abdya Perdana yang ditemui Serambi di Terminal Bus Meulaboh kemarin mengatakan, sejauh ini armada CV Abdya Perdana masih menggunakan jalur Geumpang untuk menuju Takengon, ibu kota Kabupaten Aceh Tengah. Ia beralasan, belum dilintasinya ruas jalan provinsi di lintasan Jeuram-Takengon itu disebabkan awak angkutan masih khawatir dengan ancaman longsor susulan. “Tapi, kalau sudah normal, kita tetap akan melintasinya kembali,” kata Am.

Meski terjadi pengalihan rute perjalanan via Geumpang, menurut Am, pihaknya tidak menaikkan tarif. “Saat ini kami masih menggunakan tarif lama, yakni Rp 150 ribu/penumpang. Soalnya, sejauh ini angkutan dari dan ke wilayah Dataran Tinggi Gayo itu penumpangnya selalu penuh,” ujar Am. (edi)

sumber : Serambinews.com

Rabu, 01 Juni 2011

Banjir Luapan Rendam Nagan

* 4.056 Warga Terkurung, Distribusi Bantuan dengan Speed Boat
Fri, Apr 1st 2011, 11:45


Ruang belajar di Sekolah Dasar (SD) Gampong Napai, Kecamatan Pante Ceureumen, Aceh Barat, ambruk diterjang banjir yang terjadi Selasa (29/3) malam lalu. Foto direkam Kamis (30/3). SERAMBI/DEDI ISKANDAR

Ruang belajar di Sekolah Dasar (SD) Gampong Napai, Kecamatan Pante Ceureumen, Aceh Barat, ambruk diterjang banjir yang terjadi Selasa (29/3) malam lalu. Foto direkam Kamis (30/3).
SERAMBI/DEDI ISKANDAR
JEURAM - Setelah menerjang delapan kecamatan di Kabupaten Aceh Barat, banjir yang disebabkan meluapnya sungai Krueng Tripa dan Krueng Lamie, kini merendam pula sejumlah kawasan di Nagan Raya. Akibatnya, sebanyak 1.069 kepala keluarga (KK) atau 4.056 jiwa warga 11 desa di kabupaten itu dilaporkan kini terkurung banjir.

Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Nagan Raya, Drs Abdurrani Cut, mengatakan banjir luapan yang mengurung 4.056 warga di Kecamatan Darul Makmur, Nagan Raya, akibat meluapnya dua sungai besar yakni Krueng Lamie dan Krueng Tripa. “Proses penyaluran bantuan untuk warga yang terkurung banjir itu, terpaksa kita lakukan dengan menggunakan speed boat,” katanya kepada Serambi, Kamis (31/3).

Dikatakan, 11 desa yang ikut terendam banjir luapan itu masing-masing Desa Pasi Keubeudom (124 KK atau 552 jiwa), Kabu (42 KK atau 126 jiwa), Lueng Keubeu Jagat (108 KK atau 386 jiwa), Drien Tujoh (135 KK/520 jiwa), Babah Lueng (208 KK atau 786 jiwa), Kuta Trieng (42 KK atau 170 jiwa), Kuala Seumayam (63 KK atau 238 jiwa), Ujong Krueng (115 KK atau 443 jiwa), Mon Dua (51 KK atau 153 jiwa), Neubok Yee PP (115 atau 472 jiwa), serta Neubok Yee PK (70 KK atau 210 jiwa).

Menurut Abdurrani, meski telah terkurung banjir, namun hingga kini ribuan masyarakat di wilayah itu belum mau mengungsi ke tempat lain yang lebih aman. Karena itu, pihaknya berusaha menerobos pemukiman warga menggunakan speed boat dengan cara menempuh jalur sungai. “Kami terus berupaya membantu masyarakat dan telah melaporkannya kepada pemerintah provinsi di Banda Aceh,” katanya.

Secara terpisah, Bupati Nagan Raya Drs HT Zulkarnaini yang ditanyai Serambi, kemarin siang, mengaku banjir yang kerap melanda sebagian besar kawasan di wilayahnya akibat ulah penebang liar yang kerap menebang hutan di kawasan pegunungan. “Sepertinya Moratorium Logging (Jeda Tebang Hutan) yang diterapkan Pemerintah Aceh belum efektif,” katanya.

Masih terendam
Banjir yang sebelumnya juga melanda sejumlah kawasan di Kabupaten Aceh Singkil, Kamis (31/3) kemarin, dilaporkan semakin meluas. Setidaknya sekitar 20 desa yang tersebar di Kecamatan Singkil, Singkil Utara, Simpang Kanan, Gunung Meriah, dan Suro, dilaporkan kini masih terendam banjir.

Banjir juga telah merusak sekitar 300 hektar sawah dalam berbagai usia, merendam fasilitas umum, jalan raya, masjid dan beberapa sekolah di Aceh Singkil terpaksa diliburkan. Banjir juga merendam kawasan pemukiman dan masuk ke rumah-rumah penduduk dengan ketinggian air 50-60 cm.

Banjir luapan Hujan deras yang mengguyur Kota Langsa sejak, Rabu (30/3) sore hingga, Kamis (31/3) dini hari, menyebabkan meluapnya Krueng Langsa. Akibat derasnya arus, tanggul penahan air di bantaran sungai setempat ambruk. Selain itu, sejumlah gampong di sekitar bantaran sungai juga ikut terendam.

Sementara itu, aktivitas mahasiswa di dua perguruan tinggi dilaporkan lumpuh total. Hal itu akibat jalan menuju kampus, di Gampong Meurandeh, Kecamatan Langsa Lama, terendam air setinggi satu meter.

Informasi yang dihimpun Serambi, Kamis (31/3), akibat arus deras dan tingginya volume air hujan yang diturunkan dari arah pegunungan Aceh Timur menuju Krueng Langsa, telah mengakibatkan satu titik tanggul penahan air yang berada di sekitar Gampong Sidorjo, Kecamatan Langsa Lama, jebol (pecah).

Mulai surut
Sementara itu dari Kabupaten Aceh Barat dilaporkan, musibah banjir yang melanda delapan kecamatan di wilayah itu, Kamis (31/3) kemarin, tampak mulai surut. Namun di beberapa kecamatan di kawasan pedalaman, masih terendam air dengan ketinggian air berkisar antara 50-100 cm dan tak terlalu mempengaruhi masyarakat.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Barat HT Ahmad Dadek SH yang dikonfirmasi Serambi, mengaku sebagian besar kawasan di wilayah itu yang terkena banjir kini mulai surut. Bahkan sejumlah pengungsi yang sebelumnya terpaksa diungsikan dan dilakukan pembangunan dapur umum, juga telah kembali ke kediaman mereka.

Sementara itu, banjir yang melanda empat kecamatan di Aceh Jaya, telah menimbulkan kerusakan terhadap prasarana umum berupa satu unit jembatan berkontruksi kayu di Desa Gampong Baro, Kecamatan Setia, ambruk diterjang banjir pada Rabu (30/3).

Selain itu, seperti diungkapkan Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Aceh Jaya, Ir T Rusdi, sekitar 191 hektare sawah warga di Panga dan Krueng Sabee terendam banjir dan 11 hentare di antaranya dipastikan akan gagal panen (puso). “Kita akan laporkan masalah ini kepada pemerintah provinsi,” katanya kepada Serambi, di Calang, kemarin.

Sementara itu, Wakil Bupati Aceh Jaya Zamzami A Rani, mengatakan bahwa pemerintah akan berupaya memperbaiki berbagai sarana dan prasarana umum yang rusak itu, sehingga warga akan tetap dapat beraktifitas kembali. “Sejauh ini, kerusakan infrastuktur hanya satu unit jembatan, yang lainnya belum ada laporan,” katanya.(edi/c39/c42/is/c45)

Sumber : Serambinews.com

Kamis, 26 Mei 2011

Seluruh Kecamatan di Nagan belum Laksanakan Musrenbang

Wed, Mar 30th 2011, 08:49

JEURAM - Seluruh kecamatan di Kabupaten Nagan Raya dilaporkan hingga sekarang belum melaksanakan Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) di tingkat kecamatan yang sebelumnya telah disepakati untuk dilaksanakan pada 26 Februari dan 26 Maret Tahun 2011. Dampaknya, Nagan Raya akan batal mengikuti kegiatan Musrenbang di tingkat Provinsi Aceh yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat, karena belum mempunyai program atau kegiatan yang akan diusulkan.

Informasi yang diperoleh Serambi, baik pada 26 Februari maupun 26 Meret lalu, seluruh kepada desa di delapan kecamatan di Nagan Raya telah datang ke kantor camat masing-masing memenuhi undangan camat setempat untuk ikut Musrenbang tingkat kecamatan. Akan tetapi, ternyata Musrenbang gagal dilaksanakan, sehingga para keuchik harus kembali pulang.

Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan (Bappeda) Kabupaten Nagan Raya, Teuku Raja Keumangan SH kepada Serambi, Selasa (29/3) mengatakan, akibat dibatalkannya pelaksanaan Musrenbang pada kedua tanggal tersebut telah menyebabkan terbengkalainya perencanaan pembangunan tahun 2012 mendatang.

Bahkan yang lebih memprihatinkan lagi, kata Keumangan, Kabupaten Nagan Raya juga akan batal mengikuti kegiatan Musrenbang di tingkat Provinsi Aceh yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat. Mengingat Kabupaten Nagan Raya belum mempunyai program atau kegiatan yang akan diusulkan karena tidak adanya Musrenbang di tingkat kecamatan.

Terkait pembatalan Musrenbang oleh para camat tersebut, Kepala Bappeda Nagan Raya mengaku telah melaporkan kepada Meneg PPN/Kepala Bappenas Pusat di Jakarta, Gubernur Aceh Irwandi Yusuf, Bupati Nagan Raya Drs HT Zulkarnaini, serta pihak DPRK setempat. Sehingga bisa dilakukan penanganan sedini mungkin guna menyelamatkan rencana pembangunan di wilayah itu dalam tahun 2012 mendatang.

Segera dilakukan
Secara terpisah, Sekretaris Daerah Kabupaten Nagan Raya, Drs HT Zamzami TS MM yang dikonfirmasi Serambi, petang kemarin mengaku pihaknya kini sedang merancang jadwal pelaksanaan ulang Musrenbang tingkat kecamatan maupun kabupaten di wilayah itu, guna dilakukan musyawarah bersama terkait rencana pembangunan di wilayah itu. Namun ia mengaku belum bisa memastikannya kapan akan dilakukan, karena harus melakukan rapat terlebih dahulu dengan intansi terkait.

Terhadap pembatalan Musrenbang oleh seluruh kecamatan di wilayah itu, Sekda T Zamzami mengaku pembatalan tersebut terjadi dikarenakan saat jadwal berlangsung, kegiatan para camat beradu dengan kegiatan di kabupaten sehingga kegiatan itu tak bisa dilaksanakan.(edi)

Sumber : Serambinews.com

Kamis, 19 Mei 2011

Dua Warga Nagan Diserang Malaria

Tue, Mar 29th 2011, 09:03

JEURAM-Amren, warga Alue Ie Mameh, Kecamatan Kuala, dan Cut Rohani, warga Kuta Kumbang, Kabupaten Nagan Raya sejak dua hari terakhir dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) setempat akibat diserang malaria. Sementara itu, Senin (28/3) Asmadi, warga Desa Kuta Kumbang, Kecamatan Seunagan, dirawat di ruang ICCU di rumah sakit akibat serangan Demam Berdarah Dengue (DBD).

Kepala RSUD Nagan Raya, dr Hasbi Quraisy yang dikonfirmasi Serambi , Senin kemarin membenarkan adanya ketiga warga setempat yang dirawat akibat diserang penyakit malaria dan demam berdarah. Namun seorang di antara pasiennya itu, yakni Asmadi, terpaksa dirawat di ruang ICCU dikarenakan kondisinya yang sangat parah dan tergolong kritis akibat terjangan demam berdarah.

Menurut dr Hasbi, pihaknya selaku tim medis hanya bisa memberikan penanganan dan perawatan kepada pasien yang dirawat, sedangkan penanganan dan pencegahan itu merupakan kewenangan intansi terkait. “Kondisi ketiga pasien ini masih parah dan harus terus dirawat, karena ketiganya positif diserang malaria dan demam berdarah,” tukasnya.

Ati, seorang anggota keluarga korban penyakit Malaria kepada Serambi, kemarin mengatakan serangan malaria dan demam berdarah di wilayah itu sebenarnya telah lama terjadi. Akan tetapi hingga kini, sama sekali tak ada penanganan dari pihak Dinas Kesehatan setempat guna melakukan pencegahan maupun penanganan lainnya.

Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Nagan Raya, Tien Saniatin yang berusaha dikonfirmasi Serambi, hingga berita ini ditulis sore kemarin sekitar pukul 15.32 WIB tak berhasil ditemui guna dimintai tanggapannya.(edi)

Sumber : Serambinews.com

Rabu, 04 Mei 2011

Pembangunan Jembatan Alue Waki Dilaporkan ke Kapolda

Thu, Mar 24th 2011, 09:08
* Kapolres Nagan Raya: Tim Kita Sudah Turun

JEURAM - Masyarakat Desa Alue Waki, Kemukiman Gunong Kong, Kecamatan Darul Makmur, Kabupaten Nagan Raya, Rabu (23/3), resmi melaporkan kasus pembangunan jembatang rangka baja yang dilaksanakan pihak rekanan di kawasan pedalaman tersebut kepada Kapolda Aceh, Irjen Pol Iskandar Hasan.

Pasalnya, pembangunan proyek miliaran rupiah menggunakan dana APBA tahun 2010 di bawah pengelolaan Dinas Bina Marga dan Cipta Karya (BMCK) itu dinilai sarat rekayasa dan tak sesuai dengan spesifikasi, sehingga jembatan penghubung yang sangat dibutuhkan warga itu kini telah miring dan nyaris ambruk ke sungai.

Dalam surat yang ditandatangani Keuchik Gampong Alue Waki, Raja Sati dan pelapor TR Wandi, yang tembusannya diterima Serambi, Rabu (23/3) menyebutkan, proyek lanjutan pembangunan jembatan rangka baja di kawasan pedalaman tersebut sangat meresahkan masyarakat setempat. Pasalnya, secara kasat mata jembatan tersebut sangat tak layak, serta janggal. Tiang jembatan telah miring, bahkan di sejumlah titik jembatan, juga tak dipasang baut serta berbagai kebutuhan lainnya.

Bahkan, tulis Raja Sati dan TR Wandi, sebelum hal itu dilaporkan kepada aparat kepolisian, sekitar dua pekan lalu, pihaknya telah mempertanyakan kepada pihak rekanan mengapa hal itu bisa terjadi. Akan tetapi keluhan warga tak ditanggapi sehingga sempat terjadinya hal-hal yang tak diinginkan antara masyarakat Gunong Kong dengan pihak rekanan pelaksana pembangunan.

Apalagi di lokasi proyek tersebut, tulis mereka, sama sekali tak terdapat papan nama proyek sehingga pembangunan jembatan itu tak bisa diakses oleh masyarakat apakah telah sesuai ataupun belum. Apalagi proyek tersebut telah lama dikerjakan sejak tahun 2010 lalu dan hingga kini belum rampung.

“Karena kami ingin kejelasan, makanya kasus ini kami laporkan ke Kapolda Aceh supaya segera diturunkan tim, guna mengetahui apakah pembangunan jembatan ini telah sesuai ataupun belum sekaligus dilakukan penyelidikan,” katanya.

Turunkan tim
Secara terpisah, Kapolres Nagan Raya AKBP Drs Ari Soebijanto yang dikonfirmasi Serambi, kemarin mengaku telah mendapatkan surat laporan yang dikirimkan masyarakat dan Keuchik Alue Waki, Kecamatan Darul Makmur, terkait pembangunan jembatan rangka baja di wilayah pedalaman tersebut.

Kapolres mengatakan, untuk menindaklanjuti keluhan dan laporan warga itu, ia telah menurunkan tim polisi ke lapangan guna memastikan laporan masyarakat, sehingga pihaknya bisa melakukan penyelidikan terkait kasus tersebut. “Kalau nantinya dalam proyek ini terdapat pelanggaran hukum, tetap kita tindak sesuai dengan undang-undang, karena penyelidikan yang dilakukan polisi ini berdasarkan laporan warga,” katanya.

Di sisi lain, Kapolres Ari Soebijanto mengakui bahwa secara teknis yang lebih paham terhadap konstruksi jembatan adalah instansi terkait. Pihaknya berupaya melakukan koordinasi dengan lembaga dimaksud apakah laporan pembangunan jembatan itu bermasalah ataupun tidak.(edi)

Sumber : Serambinews.com

Selasa, 03 Mei 2011

Sekdakab Nagan Raya : Selesaikan Sengketa Tanah secara Musyawarah

Mon, Mar 21st 2011, 08:22

JEURAM - Sekretaris Daerah Kabupaten (Sekdakab) Nagan Raya, Drs HT Zamzami TS MM, meminta kepada seluruh masyarakat di daerah itu agar menuntaskan persoalan sengketa tanah yang kini mulai marak, melalui jalur musyawarah dengan melibatkan aparatur gampong, tanpa harus melakukan berbagai tindakan pelanggaran hukum.

“Apabila masalah tanah ini tak bisa diselesaikan di tingkat desa, mukim atau kecamatan, barulah dibawa ke tingkat kabupaten. Dan kami selaku pemerintah mengimbau kepada seluruh masyarakat supaya masalah ini diselesaikan secara kepala dingin tanpa adanya konflik internal,” kata HT Zamzami kepada Serambi, Minggu (20/3).

Apalagi, tambah Zamzami, selama ini persoalan sengketa tanah antara masyarakat dengan pihak perusahaan, serta antarwarga sendiri semakin sering terjadi di Nagan Raya. Karenanya, ia meminta supaya dalam menyelesaikan persoalan itu lebih baik menggunakan aparatur desa dan pemerintahan di kecamatan, sehingga semua masalah yang terjadi bisa ditangani dengan baik.(edi)

Sumber : Serambinews.com

Minggu, 17 April 2011

Warga Gunong Kong Keluhkan Jembatan tak Berlantai

Mon, Mar 7th 2011, 08:23

JEURAM - Masyarakat Desa Alue Waki, Kemukiman Gunong Kong, Kecamatan Darul Makmur, Kabupaten Nagan Raya, keluhan proyek pembangunan jembatan di kawasan pedamalan itu yang telah ditelantarkan kontraktor. Bahkan jembatan itu kini juga belum bisa digunakan warga karena tak ada lantainya. Akibatnya, warga terpaksa menyeberangi sungai ketika hendak menuju ke ibukota kecamatan maupun ibukota kabupaten.

Raja Taniansa, tokoh masyarakat Gunong Kong didampingi Dedek Azis kepada Serambi, Minggu (6/3) mengatakan, akibat jembata rangka baja itu belum ada lantai, menyebabkan warga yang tinggal di kawasan pedalaman masih leluasa melaksanakan rutinitas sehari-hari.

Menurut sumber Serambi itu, pihak rekanan proyek jembatan itu kini juga telah ditahan pihak berwajib tersandung kasus pidana. Karena itu, Raja Taniansa yang mewakili masyarakat Gunong Kong berharap kepada Pemkab Nagan Raya, supaya segera menyelesaikan pembangunan jembatan rangka baja itu, sehingga transportasi di daerah terisolir itu menjadi lancar.

Menurut Raja Taniansa, terbengkalai proyek jembatan itu dan sejumlah proyek infrastruktur lainnya di desa terpencil itu, karena kurangnya pengawasan. Sehingga, pihak rekanan melaksanakan proyek sesuka hati.

Tak bayar upah
Disisi lain, kata Dedek Azis, masyarakat di Gunong Kong juga mengeluhkan dengan belum dibayarnya upah kerja oleh pihak rekanan proyek jembatan tersebut. Katanya, ketika masyarakat meminta upah kerja itu pada rekanan yang kini telah menjadi tahanan di LP Meulaboh itu, senantiasan membawa centeng untuk menakut-nakuti pekerja.

“Kami juga sudah melaporkan masalah ini ke berbagai pihak aparatur negara, namun tetap saja tak diproses, dan satu-satunya harapan kami untuk menyampaikan masalah ini melalui media massa,”katanya.(edi)

sumber : Serambinews.com

Rabu, 13 April 2011

Lintas Meulaboh-Geumpang dan Jeuram-Takengon Terancam Putus

Longsor Semakin Parah
Fri, Mar 4th 2011, 09:13

JEURAM - Akibat terus-terusan longsor, ruas jalan provinsi di lintasan Meulaboh-Geumpang kawasan Kecamatan Sungai Mas dan Woyla Timur, Kabupaten Aceh Barat serta ruas jalan di lintasan Jeuram-Takengon kawasan pegunungan Gunung Singgah Mata, Kecamatan Beutong, Kabupaten Nagan Raya kini terancam putus total.

Pasalnya, titik longsor yang berada di kedua kawasan itu hingga kini diperkirakan mencapai 50 titik, sehingga dikhawatirkan jalan tersebut akan terputus total. Pantauan Serambi, sejak Selasa-Rabu (1-2/3) kemarin di lintasan Jeuram-Takengon dan Meulaboh-Geumpang, terlihat lokasi badan jalan dikedua wilayah itu semakin memprihatinkan. Pasalnya, sebagian besar badan jalan di wilayah pedalaman tersebut menimbulkan kerusakan yang amat parah dan menyisakan badan jalan yang sngat sempit.

Wijaya, seorang pengguna jalan warga Kota Meulaboh, Aceh Barat kepada Serambi, Selasa (1/3) yang ditemui Serambi di lintasan Jeuram-Takengon mengatakan, kerusakan badan jalan di kawasan pegunungan itu kini semakin mengancam keselamatan pengguna jalan. Pasalnya, selain badan jalan yang amblas ke dalam jurang, badan jalan di kawasan itu juga dipenuhi bebatuan gunung yang jatuh ke badan jalan sehingga sangat membahayakan pengguna jalan yang melintas.

Sementara itu dari Aceh Barat dilaporkan, kerusakan badan jalan di lintasan Meulaboh-Geumpang, kawasan Kecamatan Sungai Mas dan Woyla Timur hingga Rabu (2/3) kemarin juga semakin parah. Selain badan jalan yang terbelah dan berlubang di bagian sisi kanan dan kiri, ruas jalan provinsi di kawasan pedalaman itu diprediksikan akan putus dalam jangka waktu beberapa bulan mendatang, mengingat longsor badan jalan hingga kini terus terjadi dan belum ditangani pihak terkait.

Bupati Aceh Barat, H Ramli MS kepada Serambi, kemarin saat meninjau lokasi longsor di lintasan Meulaboh-Geumpang menyatakan, berdasarkan pemantauan yang dilakukan pihaknya di lokasi itu, jumlah titik longsor dan jalan terbelah dikawasan pedalaman tersebut mencapai 30 titik dengan kondisi memprihatinkan.

Bupati Ramli MS menilai pihak Dinas Bina Marga dan Cipta Karya (BMCK) Provinsi Aceh lamban merespon keluhan rusaknya badan jalan lintas tengah menuju Pantai Barat Selatan itu. Pasalnya, meski telah disurati, hingga kini persoalan itu juga belum ditanggapi dan terkesan dibiarkan begitu saja hingga ruas jalan itu rusak parah. Karenanya, Ramli minta kepada Pemerintah Aceh supaya tak diam saja menyikapi persoalan sara transportasi itu.(edi)

Sumber : Serambinews.com

Kamis, 07 April 2011

Protes Penyerobotan Lahan, Puluhan Warga Datangi DPRK Nagan

Tue, Feb 22nd 2011, 09:20

JEURAM - Puluhan warga dari Desa Ujong Sikuneng, Blang Baro, serta Blang Muko, Kecamatan Kuala, Kabupaten Nagan Raya, Senin (21/2) kemarin mendatangi gedung DPRK setempat di Kompleks Perkantoran Suka Makmue. Kedatangan masyarakat ke gedung dewan tersebut guna menyampaikan keluhan mereka terkait penyerobotan lahan oleh sebuah perusahaan perkebunan asal Kota Meulaboh.

Barona, selaku perwakilan masyarakat kepada wartawan, kemarin mengatakan, protes yang dilakukan warga ke DPRK Nagan Raya itu dilakukan guna menghindari adanya hal-hal yang tak diinginkan. Apalagi selama ini, warga telah berupaya menempuh penyelesaian dengan pihak perusahaan guna mencari solusi.

Akan tetapi, kata Barona, tetap saja tak tuntas sehingga mereka berinisiatif untuk mengadukan masalah itu ke DPRK setempat. Menurut Barona, pelaporan yang dilakukan warga itu terkait penyerobotan lahan masyarakat oleh pihak perusahaan perkebunan swasta yang mengklaim lahan masyarakat setempat sebagai lahan milik perusahaan itu.

Padahal, katanya, dalam sertifikat yang dimiliki pihak sebuah perusahaan tersebut tertera lahan milik perusahaan seluas 168 hektare saja dan dibuktikan dalam sertifikat. Akan tetapi kenyataan di lapangan, terangnya, lahan itu malah kembali di klaim dengan luas mencapai 280 hektare di sepanjang wilayah mencapai 3 kilometer.

Sehingga tanah masyarakat yang berada di tiga desa seperti Ujong Sikuneng, Blang Baro, serta Blang Muko telah berada dalam lahan perusahaan tersebut. “Kami tak terima dengan klaim sepihak ini, karena tanah yang diklaim ini adalam milik warga, dan bukannya milik perusahaan,” tegas Barona.

Secara terpisah, Ketua DPRK Nagan Raya, Samsuardi yang ditanyai Serambi kemarin mengaku telah mengangani keluhan masyarakat terkait penyerobotan lahan oleh sebuah perusahaan swasta asal Kota Meulaboh itu. Guna mengatasi persoalan itu, katanya, Samsuardi berjanji segera memanggil pihak perusahaan guna dipertemukan dengan masyarakat. Sehingga tak ada yang dirugikan dalam persoalan itu.(edi)

Sumber : Serambinews.com

Rabu, 06 April 2011

Setahun Dibangun, Jalan Provinsi di Nagan Rusak

Sun, Feb 20th 2011, 08:51

JEURAM - Sepanjang 44 Km badan jalan provinsi di lintasan Kuala-Tuha Lamie, Nagan Raya, yang tuntas dibangun tahun 2010 lalu menggunakan dana dari Multi Donor Found (MDF) Rp 84 miliar, kini telah amblas dan rusak parah.

Anggota DPRK Nagan Raya, Danda Runtala, kepada Serambi, Sabtu (19/2) mengatakan, kerusakan badan jalan provinsi yang baru tuntas dibangun sejak setahun lalu itu sangat disesalkan oleh semua pihak. Pasalnya, badan jalan yang menggunakan aspal hotmix tersebut kini telah banyak yang rusak bahkan pada beberapa sisi juga telah amblas.

Akibat kerusakan jalan tersebut, menyebabkan arus transportasi ikut terganggu. “Pemerintah Aceh tak boleh tinggal diam, tapi harus segera menangani kerusakan jalan itu,”pinta Danda. Secara terpisah, Said Muhazar tokoh pemuda Kuala Tripa kepada mengakui kerusakan badan jalan provinsi itu kini semakin parah. Meski telah beberapa kali disampaikan kepada instansi terkait, ruas jalan itu tetap saja dibiarkan rusak tanpa adanya penanganan.(edi)

Sumber : Serambinews.com

Rabu, 30 Maret 2011

Pegawai tak Masuk Kantor, Ketua DPRK Nagan Raya Mengamuk

Sat, Feb 19th 2011, 09:20

JEURAM - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Nagan Raya, Samsuardi, Jumat (18/2) sekitar pukul 11.00 WIB mengamuk gedung dewan setempat. Pasalnya, sejumlah pegawai termasuk Sekwan saat itu tak berada di ruangan kerja. Samsuardi yang biasa dipanggil Juragan itu marah besar, karena banyak masyarakat yang berurusan di sekretariat itu tak terlayani.

Sebelum mengamuk, Samsuardi yang sebelumnya berada di ruangan kerjanya, menerima aporan dari masyarakat yang ingin mengurus berbagai keperluan, tapi tak terlayani karena tak ada Sekwan. Karena itu, Juragan bergegas mendatangi satu per satu ruang kerja para Kabag dan Sekwan yang dijabat oleh Husaini. Ternyata benar. Para petugas itu tidak berada di ruangan kerjanya. Sedangkan sejumlah pegawai lainnya juga keluyuran di luar kantor. Samsuardi langsung mengamuk dan sempat mengeluarkan kata-kata yang menyiratkan kekesalannya. Mengingat PNS yang dibutuhkan untuk mengurus administrasi, justru tak berada di kantor untuk menjalankan tugasnya sesuai dengan fungsi dan wewenang.

Kepada Serambi, Samsuardi mengatakan, bahwa dirinya akan meminta Bupati Nagan Raya, Drs HT Zulkarnaini, supaya menindak tegas para pegawai negeri sipil yang sangat malas masuk kerja itu. Karena akibat tak masuk kantor dan keluyuran di luar kantor saat jam kerja, membuat pelayanan kepada masyarakat menjadi terbengkalai. “Pemkab Nagan Raya harus bertindak, jangan biarkan PNS yang malas untuk tak masuk kerja, karena gaji mereka yang dibayar itu untuk melayani masyarakat, dan bukannya keluyuran dan tak masuk kantor seenaknya,”tegas Juragan. Secara terpisah, Wabup M Kasem Ibrahim, yang dikonfirmasi Serambi sore kemarin membenarkan bahwa kedisiplinan para PNS di jajaran Pemkab setempat sangat menurun dan terkesan malas dalam melaksanakan tugas. Meski telah berulang kali diperingatkan, akan tetapi prilaku para pegawai tetap tidak berobah.

Meski demikian, ia mengaku akan menindaklanjuti hal tersebut sehingga ke depan para PNS tak lagi malas dalam bekerja dan akan diberikan sanksi tegas. Menyangkut dengan tak masuknya kantor Sekwan Husaini selama ini, Wabup M Kasem mengaku pejabat tersebut untuk sementara memang tak masuk kantor dikarenakan sedang mengalami musibah, karena orangtua yang bersangkutan meninggal dunia.(edi)

Sumber : Serambinews.com

Selasa, 29 Maret 2011

Petugas Dishutbun Akui Sulit Cegah Pembalakan Liar

Sat, Feb 19th 2011, 09:16

JEURAM - Pelaksana Harian (Plh) Kepala Bidang Kehutanan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Nagan Raya, Azman SHut, mengakui hingga kini kesulitan mencegah aksi pembalakan liar yang terjadi di kawasan hutan lindung. Pasalnya, selain luas arealnya mencapai 122.000 hektare, pengawasan juga terkendala dengan terbatasnya sarana pendukung maupun topografi alam yang sulit untuk dijangkau.

Azman menjawab Serambi, Kamis (17/2) kemarin menyatakan, terkait dengan kerusakan hutan lindung akibat perambahan hutan yang kini masih terjadi, pihaknya mengaku sangat sulit untuk mendeteksinya. Pasalnya, luas areal hutan lindung yang kini dirambah oleh masyarakat di wilayah itu tak bisa dipastikan berapa luasnya.

Apalagi lahan hutan yang dirambah itu sangat sulit dijangkau mengingat topografinya yang sangat curam, sehingga menyulitkan pemantauan dan pencegahan aksi pengrusakan hutan yang dilakukan masyarakat. Bahkan secara tegas, Azman mengaku beberapa waktu lalu pihaknya beserta pihak terkait lainnya juga pernah turun ke kawasan hutan lindung guna melakukan pencegahan.

Akan tetapi, hal itu sangat sulit dilakukan dikarenakan terbatasnya peralatan dan sulitnya menjangkau lahan. “Sebenarnya tugas menjaga hutan ini bukan hanya kewajiban kami (Dishutbun), akan tetapi merupakan wewenang semua pihak guna menjaga keselamatan hutan dari ancaman kepunahan dan kerusakan,” terangnya.

Berubah jadi pemukiman
Secara terpisah, Komandan Pos Polhut Wilayah Kecamatan Beutong, Kabupaten Nagan Raya, Zainal Abidin kepada Serambi, Kamis kemarin melaporkan, berdasarkan informasi terbaru yang ditemukan pihaknya di lapangan, sebanyak dua desa di kawasan Paya Dapat, Kecamatan Persiapan Beutong Benggala, kini telah berubah menjadi dua desa di kawasan hutan lindung akibat maraknya perusakan hutan dikawasan pedalaman tersebut.

Bahkan pihak Polhut Beutong mencatat, sebanyak dua desa masing-masing Desa Paya Dapat dan Paya Baru di Kemukiman Paya Dapat kini telah terbentuk, akibat dihuni oleh masyarakat. Padahal beberapa tahun sebelumnya, ungkap Zainal, di kawasan itu merupakan hutan lindung yang sangat lebat dan termasuk rimba raya yang dihuni oleh satwa liar maupun pepohonan besar layaknya sebuah hutan. Akan tetapi, hal itu kini telah berubah sehingga menyebabkan kerusakan lingkungan yang sangat parah dan mengancam keselamatan masyarakat akibat rusaknya hutan.(edi)

Sumber : Serambinews.com

Selasa, 22 Maret 2011

HGU Perusahaan Perkebunan di Nagan Harus Diukur Ulang

Thu, Feb 10th 2011, 08:17

JEURAM-Hak Guna Usaha (HGU) yang selama ini diberikan pemerintah kabupaten Nagan Raya kepada investor bidang perkebunan di wilayah itu harus segera diukur ulang. Karena sebagian besar perusahaan perkebunan yang telah mengantongi izin HGU mencapai ribuan hingga belasa ribu hektare, kini tak lagi memperhatikan hak lahan yang diberikan pemkab, akan tetapi telah ikut merugikan masyarakat dengan cara menyeroboti lahan warga yang selama ini telah dimiliki.

Ketua DPRK Nagan Raya, Samsuardi usai menemui Kasubdit HGU Badan Pertanahan Pusat di Jakarta, Siyadi dan Edi Sulistono yang mengubungi Serambi, Rabu (9/2) kemarin via telepon selular menyatakan, berdasarkan hasil pelaporan yang dilakukan pihaknya, dalam kesimpulan rapat diputuskan bahwa HGU yang saat ini dimiliki perusahaan perkebunan besar di Nagan Raya memang harus diukur ulang.

Lahan yang selama ini telah diberikan oleh Pemkab Nagan Raya tak salah digunakan oleh pihak perusahaan sehingga kerap menimbulkan konflik di wilayah itu. apalagi selama ini, kata Samsuardi, masyarakat sering terlibat sengketa dengan pengelola perkebunan akibat klaim lahan sepihak tanpa adanya penyelesaian apa pun.

Karena itu, Samsuardi meminta kepada Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf maupun Bupati Nagan Raya, Drs HT Zulkarnaini untuk sementara waktu menunda pemberian izin HGU kepada pihak perusahaan perkebunan, sebelum pengukuran ulang HGU itu tuntas dilakukan. (edi)

Sumber : Serambinews.com

Senin, 14 Maret 2011

Turbin PLTU Kembali Rusak, Nagan dan Aceh Barat Gelap

Mon, Jan 31st 2011, 08:59

JEURAM - Akibat kerusakan pada bagian turbin pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Desa Kuta Makmue, Kecamatan Kuala, Nagan Raya, PLN akan memberlakukan pemadaman bergilir untuk pelanggan di Nagan Raya dan Aceh Barat mulai pukul 18.00 WIB-pukul 23.00 WIB.

Manajer PT PLN Cabang Meulaboh, H Nahwaluddin menjawab Serambi, Minggu (30/1) mengatakan, pemadaman listrik secara bergilir itu dilakukan pada malam hari karena setelah turbin rusak terjadi kekurangan daya mencapai 3 Mw. Katanya, pemadaman bergilir itu meliputi wilayah Nagan Raya dan Aceh Barat selama dua pekan (29 Januari-14 Februari) mendatang.

Apalagi, tambah Nahwaluddin, PLTD Seuneubok, Kecamatan Johan Pahlawan, Aceh Barat, sebagian masih berada dalam tahap pemeliharaan. Sedangkan empat unit mesin pembangkit listrik lainnya yang seharusnya telah tiba di Meulaboh, hingga kini masih berada di dalam perjalanan.

Karena itu, Nahwaluddin meminta kepada seluruh masyarakat supaya memaklumi hal itu. Namun ia juga mengaku bahwa pihaknya berusaha mempersempit areal pemadaman, sehingga suplai listrik kepada pelanggan bisa lebih maksimal.(edi)

Sumber : Serambinews.com