Senin, 15 Agustus 2011

Petani Tuwi Meuleusong Khawatirkan Gajah

Minggu, 7 Agustus 2011 09:34

JEURAM - Sejumlah masyarakat di Desa Tuwi Meuleusong, Kecamatan Seunagan Timur, Kabupaten Nagan Raya mengaku resah dengan kembali maraknya gangguan gajah di wilayah itu.

“Gangguan gajah di wilayah ini sudah memasuki tahap yang mengkhawatirkan, namun masyarakat tak bisa berbuat banyak karena tak tahu cara pencegahannya,” kata Abdurrafar seorang warga kepada Serambi, Kamis (4/8).

Secara terpisah, Camat Seunagan Timur, T Rahmadsyah SE yang dikonfirmasi Serambi, membenarkan amukan gajah sering melanda beberapa desa yang dia pimpin. Namun ia belum mendapatkan laporan rinci menyangkut kerugian yang dialami oleh masyarakat.

Rahmadsyah mengaku akan melakukan koordinasi dengan pihak terkait guna menghentikan amuk gajah yang selama ini terjadi, sehingga aktivitas masyarakat di wilayah itu semakin nyaman dan tak was-was dengan serangan gajah. (edi)

Sumber Serambinews.com

Selasa, 09 Agustus 2011

Nagan Raya cetak sawah baru 15.000 ha

SATURDAY, 23 JULY 2011 09:33

MEULABOH - Pemerintah Kabupaten Naga Raya, selama 2011 mencetak sawah baru seluas 15.000 hektar lebih, untuk dibagikan kepada masyarakat setempat guna menyukseskan program swasembada pangan 2014.

Bupati Nagan Raya, Teuku Zulkarnaini, menyatakan cetak sawah baru tersebut dilakukan guna pemerataan kepemilikan areal sawah di wilayah itu, karena irigasi dan lokasi yang dimiliki masih terbilang cukup untuk dimiliki seluruh penduduk di daerah ini.

Ia mengatakan, sejak terjadi pemekaran kabupaten itu 2003 hingga kini telah mampu memproduksi beras mencapai ribuan ton, dan mengalami surplus pangan setiap tahunnya rata-rata 100 sampai 110 ton.

"Selama ini kita surplus beras, dan bahkan bisa membantu kabupaten tetangga saat krisis pangan dan konsumsi, bahkan juga bisa kita kirim ke Medan, Sumatra Utara, untuk diolah kualitasnya agar lebih baik," kata bupati, hari ini.

Alasan percetakan sawah baru itu, akibat terjadi penciutan lahan, karena Kabupaten Nagan Raya sedang gencarnya melakukan pembangunan terpaksa sebagiannya mengunakan areal pesawahan, karena lokasi tersebut sangat strategis berada di kawasan ibu kota.

Sementara lebih dari 15 ribu hektar lahan tidur yang tidak produktif di kawasan itu dapat dijadikan sawah baru bagi petani dan akan dibagikan secara gratis, tinggal menerima strategi pengolahan yang baik melalui dinas terkait.

"Daerah kita sedang membangun, jadi wajar kalau terjadi penciutan lahan, dan kita mengatisipasi hal ini dengan cara mencetak sawah baru dari lahan tidur tidak produktif itu," imbuhnya.

Selain akibat penciutan lahan, program ini juga dilakukan untuk mendukung pemerintah melaksanakan swasembada pangan 2014, kendatipun Nagan Raya telah mampu surplus pangan, namun dirasa perlu untuk pengembangan.

Untuk menargetkan swasembada pangan itu, kata Bupati, pihaknya telah menyediakan kilang padi berstandar Dolog, sehingga hasil yang dikeluarkan tidak kalah bagusnya dengan beras Dolog, hanya saja mesin itu masih terbatas produksinya.

Ke depan diupayakan, seluruh seluruh masyarakat setempat memiliki lahan sawah masing-masing minimal lima hektare ditempati oleh lima kelompok, terkait jumlah jiwa, dapat ditentukan oleh kelompok itu sendiri.

"Mereka nanti tinggal mengajukan kepada kita berapa orang per kelompok dan langsung kita keluarkan izin usaha mereka dan yang pastinya kita ikat dengan ketentuan kepemilikan sawah baru," pungkasnya.


Sumber Waspada.co.id

Kamis, 04 Agustus 2011

Warga Nagan Raya sulit bernafas

SUNDAY, 10 JULY 2011 18:21

JEURAM - Sebagian masyarakat di wilayah Kabupaten Nagan Raya, sejak sepekan terakhir mengeluhkan dengan banyaknya kabut asap yang menyelimuti pemukiman mereka. Pasalnya aksi pembakaran hutan terus terjadi, sehingga warga sulit bernafas dan tak nyaman dalam melaksanakan tugas sehari-hari.

Seorang warga Nagan Raya, Tgk Dun, mengaku dampak pembakaran lahan yang terjadi di Nagan Raya juga ikut dirasakan sebagian besar masyarakat di Kota Meulaboh, Aceh Barat. Di kabupaten ini, kabut asap yang terjadi pada malam hari juga membuat warga sulit mendapatkan udara segar, serta menyebabkan iritasi mata karena kepulan asap yang terjadi.

"Kabut asap yang menyelimuti Kecamatan Seunagan Timur, Seunagan, serta Suka Makmue kini semakin parah. Bahkan hingga kemarin belum terlihat tanda-tanda akan segera berakhir. Apalagi kawasan itu kini kembali masih dilanda musim kemarau, sehingga pembakaran lahan yang terjadi sangat sulit dihentikan," katanya, tadi sore.

Sementara itu, Agus, seorang warga Kota Meulaboh, Aceh Barat, mengatakan kabut asap yang terjadi sejak beberapa hari terakhir di wilayah itu dirasakan warga sangat berpengaruh bagi kesehatan. Karena kabut asap yang terjadi kala malam hari itu membuat warga tak nyaman beristirahat dan terpaksa menyalakan kipas angin, guna menghilangkan kabut yang menyelimuti kawasan itu.

Ia berharap kepada pihak terkait supaya segera melakukan penanganan guna menghentikan pembakaran lahan yang kini mulai marak terjadi, sehingga aktivitas dan kesehatan warga tak ikut terganggu.

Sumber waspada.co.id

Rabu, 03 Agustus 2011

Kemarau, Warga Minum Air Sungai

THURSDAY, 23 JUNE 2011 22:42

JEURAM - Ribuan masyarakat di Kecamatan Darul Makmur, Kabupatedn Nagan Raya terpaksa mengkonsumsi atau meminum air sungai sejak sebulan terakhir, menyusul keringnya sumur mereka akibat kemarau panjang.

Meski letaknya yang relatif berjauhan dari pemukiman, namun warga mengaku tidak punya pilihan selain menggunakan air sungai di DAS Krueng Lamie maupun Krueng Seumayam.

Selain untuk kebutuhan mandi, warga menggunakan air sungai untuk mencuci, serta air isi ulang.

Camat Darul Makmur, H. Effendi mengatakan keringnya sumur membuat warga harus menempuh perjalanan 5 hingga 10 km untuk menuju ke pusat kecamatan di Alue Bilie, guna mendapatkan air yang layak dikonsumsi.

“Kita tengah berupaya mengatasi masalah ini, karena telah masuk ke taraf serius dimana warga semakin resah,” kata H. Efendi, malam ini.

Menurutnya, meski air sungai yang dikonsumsi tidak layak, namun masyarakat tak punya pilihan lain, karena kondisi perekonomian mereka yang masih rendah. Sehingga mereka tak mampu membeli air yang layak dikonsumsi.

“Kawasan terparah yang kekeringan adalah Kec. Darul Makmur, Kab. Nagan Raya,” kata Camat Effendi, meliputi Kemukiman Seuneuam dan Seumayam.

Di dua lokasi ini, katanya, sumur warga kering sehingga berdampak buruk bagi kesehatan dan kelangsungan hidup masyarakat dan kini air sumur terus menyusut.

Sumber Waspada.co.id

Selasa, 02 Agustus 2011

21 Gampong di Nagan Raya Krisis Air

21 June 2011
Nagan Raya|Harian Aceh – Sedikitnya 21 Gampong di Kecamatan Darul Makmur dan Tripa Makmur Kabupaten Nagan Raya, mengalami krisis air akibat kemarau panjang, sejumlah sumur manual di kawasan tersebut mengalami kekeringan.
Ibduh, Keuchik Sumber Bhakti Kecamatan Tripa Makmur kepada wartawan, Senin (20/6) mengatakan, selama kemarau sejumlah gampong di kawasan itu mengalami kekeringan. Akibatnya, warga terpaksa menempuh puluhan kilometer untuk mendapat air di sungai.
Sejumlah gampong yang krisis air di Kecamatan Darul Makmur meliputi, Gampong Sumber Bhakti, Pulau Kerut, Alue Kuyun, Markati Jaya, Ladang Baru, Alue Bateung Broek, beberapa tahun silam kawasan itu tak pernah krisis air meski pun kemarau panjang, Kuala Seumayam, Ujong Tanjong dan Blang Luah.
Sementara di Kecamatan Tripa Makmur meliputi, Gampong Babah Lueng, Drien Tujoh, Kuala Tripa, Lueng Keube Jagat, Pantai Rawa, Kabu, Pasi Keubeu Dom, Neubok YPK, Neubok YPP, Mon Dua, Pange, Ujong Krueng, Lamie dan Gampong Gagak.
Manager Program Konservasi Yayasan Ekosistem Lestari (YEL) Rulianto, mengungkapkan terjadi kekeringan air di kawasan itu, diakibatkan ulah manusia sendiri, sebab, selama ini ribuan rawa gambut di kawasan Kuala Tripa telah diberikan untuk perusahaan perkebunan. “Sebenarnya rawa gambut itu adalah tempat menyimpan air, namun yang terjadi di Kabupaten Nagan Raya rawa gambut itu telah dijadikan HGU untuk perusahaan perkebunan,” katanya.
Menurut dia, kekeringan air tersebut tidak saja di Kabupaten Nagan Raya, tapi juga terjadi di beberapa Kecamatan dalam Kabupaten Aceh Barat Daya, seperti di Kecamatan Babah Rot dan Susoh, yang berdomisi di sekitar areal perusahaan perkebunan di kawasan Rawa Tripa.(azh)

Sumber Harian Aceh.com

HGU PT Fajar Baizuri Diukur Ulang

Nagan Raya|Harian Aceh – Hak Guna Usaha (HGU) PT Fajar Baizuri di Kecamatan Tripa Makmur, Kabupaten Nagan Raya, Rabu (15/6) diukur ulang. Pengukuran ulang tersebut dilakukan atas tuntutan warga selama ini, sebab warga di pinggiran areal perusahaan perkebunan kelapa sawit itu menuding lahan mereka telah dicaplok.
Imum Mukim Kuta Nibong, Kecamatan Tripa Makmur, Sulaiman, kepada wartawan Rabu (15/6) mengatakan, pengukuran itu didasari atas tuntutan masyarakat beberapa waktu lalu. Ia menjelaskan, pengukuran ulang yang dilakukan BPN meliputi pinggiran Gampong Kuala Tripa, Drien Tujoh, Lueng keubeu Jagat, Pasi Keubeu Dom, Kabu dan Neubok Yeu. “Kita harapkan nanti setelah pengukuran selesai tak ada lagi perselisihan antara warga dengan perusahaan,” harapnya.
Selama ini, antara warga dan perusahaan perkebunan terjadi perselisihan paham, akibatnya sebuah mees milik perusahaan kelapa sawit itu dibakar beberapa waktu lalu. “Ke depan kita berharap semua berlaku jujur, sementara demi kelancaran pengukuran pemerintah Kabupaten Nagan Raya membantu anggaran pengukuran lahan tersebut,” lanjutnya.(azh)

Sumber : harian Aceh.com

Senin, 01 Agustus 2011

Kabut asap, warga terserang ISPA

MONDAY, 13 JUNE 2011 21:05

JEURAM - Puluhan masyarakat di Kecamatan Darul Makmur, Kabupaten Nagan Raya, mulai terserang penyakit infeksi saluran pernafasan (Ispa) sehubungan dengan meluas dan meningkatnya kabut asap di wilayah itu, akibat pembakaran lahan yang kini masih terus terjadi.

Pj Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Nagan Raya, Tien Saniatin, mengatakan, penyerangan penyakit infeksi saluran pernafasan yang dialami oleh sebagian besar masyarakat di Kecamatan Darul Makmur itu, akibat pembakaran yang selama ini terjadi.

Menurutnya, penyakit Ispa yang kini terjadi bagi masyarakat itu belum dalam tahap yang mengkhawatirkan, karena masih dalam kategori biasa dan masih mampu ditangani oleh petugas medis yang berada di Puskesmas, guna diberikan obat-obatan serta bentuk penanganan lainnya.

Gejala yang ditimbulkan dari penyakit Ispa itu bagi kalangan masyarakat, kata Tien Saniatin, seperti gangguan tenggorokan, sulit bernafas, batuk, serta gejala gangguan lainnya. Namun setelah diberikan obat-obatan, pasien yang berobat itu langsung diperbolehkan pulang ke rumah guna dilakukan rawat jalan.

Sumber Waspada.co.id

Kebakaran Hutan Meluas

TUESDAY, 07 JUNE 2011 09:44

NAGAN RAYA- Akibat terbakarnya hutan kabut asap kembali terjadi di Kab. Nagan Raya. Dari pengamatan, hutan yang terbakar di wilayah Tripa dan Beutong yang membuat pengendara roda dua dan pejalan kaki harus berhati- hati, kabut asap sudah terjadi sejak 4 hari lalu.

Menurut keterangan, hutan lindung itu sengaja dibakar oleh pihak- pihak yang tidak mau bertangung jawab.Masyarakat minta pihak terkait terutama kehutanan untuk menjaga hutan lindung jangan sampai punah. ’’Kami minta Pemkab Nagan Raya dan Kepala Dinas Kehutanan mencegah pelaku pembakar hutan itu,” ungkap M. Kasem.

Sementara Kadis Perkebunan dan Kehutanan, Zainal Abidi, mengatakan pihaknya belum mengecek ke lokasi. “Bisa jadi akibat cuaca kemarau dan itu kadang- kadang menyebabkan keadaan panas jadi cepat dan mudahnya hutan terbakar. Kita perintahkan setiap pos Polhut menjaga dan mengecek dengan benar supaya apa yang masyarakat laporkan bisa benar- benar diatasi", ujarnya.

Sumber Waspada.co.id