Senin, 27 Juni 2011

Pertahankan Adat, 15 Warga Terasing Enggan Turun

Wed, May 4th 2011, 14:42

JEURAM - Sebanyak 15 orang masyarakat terasing hingga kini masih bertahan di kawasan pedalaman Gunong Kong dan enggan turun untuk bergabung ke pemukiman masyarakat lainnya di pemukiman baru di Desa Alue Waki, Kecamatan Darul Makmur, Kabupaten Nagan Raya.
Pasalnya, enggannya belasan warga yang tak ingin turun gunung itu guna mempertahankan adat istiadat lama di kawasan mereka, termasuk faktor usia yang tak memungkinkan untuk turun ke kawasan masyarakat dikarenakan faktor usia. Mengingat belasan masyarakat terasing yang kini masih bertahan di gunung itu rata-rata telah berusia lanjut dengan kisaran umur mencapai 80 tahun hingga lebih.
Camat Darul Makmur, Kabupaten Nagan Raya, Effendi kepada Serambinews.com, Rabu (4/5/2011), mengatakan, masih bertahannya belasan masyarakat itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya untuk mempertahankan kehidupan tradisional yang selama ini telah dilakoni selama puluhan tahun di kawasan pedalaman tersebut.
Apalagi di lokasi yang sangat jauh dan terisolir di Gunong Kong itu, kata Camat Hamidi, masyarakat yang telah lama menempati kawasan itu memang memiliki rumah sendiri dan lahan pertanian untuk bercocok tanam. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, masyarakat memang telah memiliki ketersediaan pangan untuk mempertahankan hidup.(dedi iskandar)

Sumber : Serambinews.com

Minggu, 26 Juni 2011

276 Jiwa Masyarakat Gunong Kong Huni Pemukiman Baru Setelah Puluhan Tahun Terasing di Pergunungan

Tue, May 3rd 2011, 15:12
276 Jiwa Masyarakat Gunong Kong Huni Pemukiman Baru
Setelah Puluhan Tahun Terasing di Pergunungan,
Laporan: Dedi Iskandar, Serambinews.com - Nagan Raya

SEKIAN puluhan tahun terasing, akhirnya 276 jiwa masyarakat Desa Gunong Kong, menempati pemukiman baru. Warga yang masuk dalam Kemukiman Alue Waki, Kecamatan Darul Makmur, Nagan Raya itu, sebelumnya menjadi masyarakat terasing. Mereka terisolasi di pergunungan puluhan tahun

Mereka hidup secara alamiah dengan pola tradisional--seakan terpisah dari dunia luar. Namun, setelah mulai menempati pemukiman baru di wilayah pedalaman tersebut, kata Bupati Nagan Raya, HT Zulkarnaini, kehidupan mereka mulai berubah. Masyarakat yang dikenal sebagai kelompok TR Tampok itu, telah hidup di rimba belantara sejak mereka melakukan perlawanan terhadap Belanda.

TR Tampok merupakan pimpinan yang terkenal dari perlawanan kala itu. Dia seorang pejuang yang dikenal kebal itu dan tanpa henti bergerilya melawan Belanda. Dan sekitar tahun 1935 saat putranya lahir bernama T Bentara Keumangan, yang populer dengan nama T Raja Ubit. Sejak itu mereka memutuskan hubungan dengan dunia luar, dan hidup secara alamiah di pergunungan Kong.

Kepada Serambinews.com, Selasa (3/5), Bupati Ht Zulkarnaini, mengatakan keberaadaan masyarakat Gunong Kong yang selama ini hidup terasing di wilayah pegunungan itu telah jauh berubah dan telah mengikuti pola hidup moderen. Mereka sudah berbaur dengan masyarakat lainnya dari pemukiman.Pemerintah pun memberi perhatian khusus, apalagi sudah terbuka akses jalan ke wilayah itu.

"Saat ini mulai berdaptasi dan mengikuti pola hidup masyarakat lainnya. "Sehingga kehidupan masyarakat di wilayah itu kini telah berjalan dengan baik," jar bupati Nagan Raya.

Dikatakan, sebelum pindah ke pemukiman baru, jika ingin bertemu dengan masyarakat Gunung Kong, harus menempu perjalanan selama dua hari berjalan kaki. Namun saat ini hanya hanya dalam hitungan jam, sudah sampai di wilayah tersebut.

Dengan menempati pemukiman baru itu, kata Bupati Nagan, maka tidak ada lagi wilayah terisolasi di kabupaten tersebut. Pemkab juga akan memberi akses dan hak yang sama dalam berbagai hal sebagaimana masyarakat di kemukiman lain dalam wilayah Nagan Raya.(*)

Sumber : Serambinews.com

Jumat, 24 Juni 2011

Nagan Raya Banjir 1,5 Meter, Belasan Ribu Warga Terkurung

Sat, Apr 30th 2011, 17:09
Laporan Dedi Iskandar, Serambinews.com - Nagan Raya

JEURAM - Nagan Raya diterjang banjir. Hinga Sabtu (30/4) air masih tergenang setinggi 1,5 meter. Akibatnya sebanyak 320 jiwa masyarakat pedalaman di Desa Kuala Seumayam, Kecamatan Darul Makmur, terkeping.

Banjir akibat hujan yang mengguyur wilayah itu dalam beberapa hari ini, telah mengisolasi masyarakat. Sebagian warga sudah diungsikan ke tempat yang lebih aman dikarenakan air terus.

Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kabupaten Nagan Raya, Drs Abdurrani Cut kepada Serambinew.com, kemarin sore mengatakan volume air terus naik, sehingga mengepung pemukiman warga di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Nagan. “Kami telah berupaya menembus lokasi banjir menggunakan kenderaan, akan tetapi lokasinya sangat sulit ditembus karena tingginya air, sehingga kami bersama tim relawan kemanusiaan terpaksa menempuh cara lain yakni menggunakan speed boat,” kata Abdurrani.

Timnya, sebut Kadis Sosial itu, menggunakan Speed Boat mengarungi sungai guna menuju ke pemukiman warga. Mereka menyalurkan bantuan makanan masa panik. "Kita juga telah memobilisasi tenda pengungsian serta berbagai kebutuhan masyarakat lainnya, sehingga diharapkan warga yang terkurung itu tak mengalami kelaparan," ujarnya.

Dikatakan, sejauh ini belum ada korban jiwa. “Kami belum bisa memastikan apakah air ini akan surut, karena sejauh ini mendung masih terjadi di Nagan Raya dan masih berpotensi hujan lebat,” ujar Abdurrani.


Sumber : Serambinews.com

Selasa, 21 Juni 2011

Pengrusakan Rawa Tripa Sulit Dibendung

Tue, Apr 19th 2011, 09:39
Tapal Batas Hutan Lindung belum Jelas

JEURAM-Aksi perambahan hutan lindung dan perusakan lahan rawa tripa yang masuk dalam Kawan Ekosistem Leuser (KEL) di Kabupaten Nagan Raya terus terjadi. Akibatnya, luas hutan lindung di wilayah itu terus berkurang.

Bupati Nagan Raya, Drs HT Zulkarnaini kepada Serambi, Senin (18/4) kemarin mengaku sangat resah dengan hal itu. Pasalnya, perambahan hutan lindung dan perusakan areal Rawa Tripa sangat sulit untuk dibendung maupun dicegah. Karena, katanya, tapal batas yang menentukan areal hutan lindung dengan hutan rakyat serta kawasan ekosistem leuser Rawa Tripa, hingga kini belum jelas.

“Yang ada cuma batas seperti gapura saja, sedangkan batasan tertentu seperti batas-batas lazimnya sebuah areal pertanahan atau sebuah kawasan itu hingga kini belum ada, sehingga banyak tak diketahui oleh masyarakat termasuk pemerintah,” katanya kecewa.

Akibatnya, ketika ditemukan adanya perambahan hutan yang disalahkan dan dipojokkan adalam Pemkab Nagan Raya. Padahal, kata Bupati Drs HT Zulkarnaini, pihaknya selaku pemerintah telah berupaya semaksimal mungkin menjaga kawasan hutan lindung dan Rawa Tripa.

Ia berharap pihak yang terkait dengan hutan lindung agar dalah perambahan hutan lindung jangan pemkab saja yang disalahkan tetapi semua pihak yang tak jelas menetapkan areal batas. “Pemerintah harus segera memperjelas batas kedua lahan ini (Rawa Tripa dan Hutan Lindung-red),” pintanya berulang-ulang. (edi)

Sumber : Serambinews.com

2.700 Hektare Lahan Masyarakat belum Digantirugi

*Sengketa Warga dengan Perusahaan Perkebunan Masih Terjadi
Mon, Apr 18th 2011, 09:25

JEURAM - Seluas 2.700 hektare lahan milik masyarakat di Kabupaten Nagan Raya hingga kini masih bermasalah dan belum dilakukan ganti rugi oleh pihak perusahaan, sehingga konflik yang terjadi antara masyarakat dan pihak perusahaan perkebunan di wilayah itu hingga kini masih terus terjadi dan sulit dilakukan pencegahan.

Wakil Bupati Nagan Raya M Kasem Ibrahim Bsc kepada wartawan, Kamis (14/4) mengakui, sejauh ini Pemkab setempat sedang berupaya menuntaskan persoalan itu karena melibatkan masyarakat pemilik tanah dengan pihak perusahaan, yang kini terus bersengketa.

Menurut M Kasem, total lahan yang kini masih bermasalah dan diperjuangkan oleh masyarakat itu mencapai 2.700 hektare yang terbagi di dua lokasi, yakni 700 hektare di Alue Gani, Kecamatan Tadu Raya, dan 2.000 hektare lahan di Kecamatan Darul Makmur dengan perusahaan yang berbeda pula.

Lahan 700 hektare yang kini diperjuangkan oleh masyarakat Alue Gani, Kecamatan Tadu Raya itu meminta bayaran seharga Rp 5-6 juga/hektare, sehingga jika dijumlahkan secara keseluruhan mencapai sekitar Rp 10 miliar lebih. Dan dalam hal ini, tentunya pihak perusahaan juga harus melakukan pelaporan ke atasan mereka di Jakarta guna membahas persoalan itu.

Karena berdasarkan informasi yang diterima olehnya, pihak perusahaan akan menuntaskan masalah ini pada Selasa (22/4) mendatang. Wabup M Kasem Ibrahim mengaku masih menunggu keputusan itu sehingga diharapkan sengketa lahan antara masyarakat dengan pemilik tanah bisa segera berakhir.

Apalagi selama ini telah banyak aksi yang dilakukan oleh masyarakat untuk memperjuangkan hak mereka, sehingga kerap melakukan berbagaimacam aksi di antaranya, pemblokiran badan jalan ke perusahaan perkebunan, pengambilan paksa buah sawit, penyanderaan alat berat, serta berbagai aksi lainnya.

Karena itu Wakil Bupati Nagan Raya M Kasem Ibrahim Bsc meminta kepada semua pihak di wilayah itu untuk menahan diri dan tak terlibat dalam konflik, dan diminta untuk menunggu proses yang kini dilakukan sehingga tak terjadi hal-hal yang tak diinginkan, pungkasnya.(edi)

Sumber : Serambinews.com

Lintas Barat-Selatan Aceh Terancam Putus

Mon, Apr 18th 2011, 08:35
Kepala Jembatan Lamie Tergerus Longsor

JEURAM - Kepala jembatan (abutment) Lamie di Kecamatan Darul Makmur, Kabupaten Nagan Raya kini semakin tergerus longsor akibat erosi sungai yang terus terjadi. Jika tak segera ditangani, dalam waktu tidak lama lagi ruas jalan nasional di lintasan Meulaboh-Tapaktuan tersebut diperkirakan akan putus.

Padahal, sejak tahun 2010 lalu Gubernur Aceh Irwandi Yusuf telah menunjuk sebuah perusahaan jasa kontruksi untuk mengangani persoalan itu, akan tetapi hingga tahun 2011 ini longsor yang merusak abutment Jembatan Krueng Lamie itu belum juga diperbaiki sama sekali.

Hal itu diungkapkan Wakil Bupati Nagan Raya, M Kasem Ibrahim BSc kepada Serambi, Minggu (17/4) kemarin. Menurutnya, penanganan longsor di abutment Jembatan Krueng Lamie itu merupakan kebutuhan yang sangat mendesak dan harus segera dilakukan. Pasalnya jembatan itu merupakan satu-satunya jembatan penghubung yang ada di pesisir barat selatan Aceh, yang menghubungkan antar kabupaten/kota di wilayah itu.

Apabila tak segera ditangani, maka tak menutupi kemungkinan dalam waktu dekat mendatang ruas jalan nasional di wilayah itu akan putus total. Mengingat jembatan itu kini banyak dilintasi pengguna jalan untuk melakukan berbagai aktivitas, termasuk mengangkut sembako yang didatangkan dari Kota Medan, Sumatera Utara ke kabupaten lainnya di pantai barat.

“Berdasarkan pengamatan saya di lokasi, kondisi erosi yang menggerus abutment (kepala jembatan) Krueng Lamie ini kian parah dan hanya tinggal sedikit lagi. Dan jika digerus erosi lagi, maka secara otomatis arus lalu-lintas masyarakat di pantai barat selatan Aceh akan putus total dan kembali seperti era tahun 1970 lalu,” kata Wabup M Kasem khawatir.

Di sisi lain, Wabup mengatakan, sekitar sepekan lalu ia telah menemui secara langsung Gubernur Aceh Irwandi Yusuf di Banda Aceh guna membicarakan persoalan jembatan tersebut. Dalam pertemuan itu terungkap bahwa penanganan longsor yang terjadi di Jembatan Krueng Lamie, telah ditunjuk rekanan guna mengatasi persoalan itu. Akan tetapi hingga tahun 2011 ini, kata Wabup M Kasem, penanganannya belum dilakukan sama sekali.

“Kita berharap Pemerintah Aceh serius mengatasi masalah ini, karena jembatan ini merupakan satu-satunya jembatan alternatif yang menghubungkan ke semua kabupaten/kota di pantai barat selatan Aceh,” katanya.

Rumah terancam amblas
Tak hanya itu, ratusan rumah masyarakat di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Krueng Lamie kini juga terancam amblas akibat erosi. “Kalau pihak Provinsi Aceh tak percaya, silahkan turun ke Nagan Raya biar kita saksikan bersama, karena masalah ini bukan omong kosong belaka, akan tetapi merupakan persoalan masyarakat yang kini resah dan membutuhkan pertolongan,” pungkas Wabup Nagan Raya M Kasem Ibrahim.(edi)

sumber : Serambinews.com

Senin, 13 Juni 2011

Kadis BMCK Aceh : Jalan Jeuram-Takengon Sudah Lancar Kembali

* Batu Besar Telah Dipinggirkan
Fri, Apr 15th 2011, 10:29

BANDA ACEH - Arus transportasi dari Jeuram (Nagan Raya)-Takengon (Aceh Tengah) yang putus total sejak Selasa (12/4), pada Kamis (14/4) sore kemarin sudah lancar kembali. Ditandai dengan melintasnya kembali angkutan barang dan penumpang dari kedua arah jalan tersebut.

“Bongkahan batu besar dan tanah liat yang menjadi penghalang arus transportasi telah berhasil dibersihkan dari badan jalan,” kata Kadis Bina Marga dan Cipta Karya (BMCK) Aceh, Dr Muhyan Yunan kepada Serambi, Kamis sore.

Penegasan senada disampaikan Haji Tito, kontraktor yang menangani pembersihan bongkahan batu besar dan tanah liat yang menimbun badan jalan pada puncak jalan kawasan Singgah Mata, Kecamatan Beutong, Kabupaten Nagan Raya. “Batu besar bersama tanah liatnya sudah kita bersihkan,” kata Tito, kontraktor asal Meulaboh, Aceh Barat.

Pembersihan bongkahan batu besar itu berhasil dilakukan, menurut Tito, setelah tiga alat berat (dua loader dan satu beko) dikerahkan ke lokasi longsor. Bongkahan batu besar yang jatuh dari area puncak gunung bersama tanah liat dan batu kecil lainnya, menurut laporan dari tiga operator alat berat, disebabkan hujan deras yang melanda kawasan pegunungan Singgah Mata sejak Minggu hingga Senin malam. Bongkahan batu besar itu jatuh menimbun badan jalan, Selasa pagi.

Menurut laporan operator alat berat, kemungkinan longsor lainnya bisa saja terjadi pada ruas jalan Jeuram-Takengon, terutama pada kawasan Pegunungan Singgah Mata. Sebab, kondisi tebing gunung di kawasan itu saat ini banyak yang kritis. Pada waktu hujan datang, air dari atas gunung mengalir sangat deras ke tebing gunung, membawa material batu dan tanah liat.

Di beberapa titik longsor yang telah dibersihkan, kata Tito, banyak ditemukan bongkahan batu besar yang luruh dari atas dan tebing gunung yang menimpa badan jalan. Kondisi tebing yang sudah sangat kritis dan rawan tanah longsor itu perlu menjadi perhatian pengendara kendaraan bermotor yang melintas di kawasan puncak Gunung Singgah Mata, terutama pada waktu hujan deras.

Ruas jalan Jeuram-Takengon ini, kata Kadis BMCK Aceh, Muhyan Yunan, merupakan ruas jalan startegis ruas tengah yang sangat ekonomis, menghubungan Aceh Tengah dengan Nagan Raya. Ruas jalan itu banyak dilalui angkutan umum untuk mengangkut hasil pertanian, perkebunan, dan kehutanan ke pasar ibu kota kabupaten. Mobil pribadi juga banyak yang melintas ruas jalan itu.

Pada waktu melintas di kawasan puncak Singgah Mata, Kadis BMCK Aceh mengingatkan para pengandara harus ekstrahati-hati. Alasannya, dari hasil pantauan pengawas jalan BMCK dan laporan operator alat berat yang membersihkan badan jalan, peluang terjadinya kembali tanah longsor di sejumlah ruas jalan cukup besar. Ini karena guyuran hujan sejak Minggu sampai Senin kemarin, menyebabkan banyak muncul benjolan batu besar di pinggir tebing gunung. Selain itu, pepohonan juga banyak yang tumbang karena tanahnya tergerus air hujan.

Diguyur hujan
Akibat hujan yang belum reda, longsor yang terjadi di tiga titik di Kecamatan Beutong Ateuh Banggalang, hingga kemarin siang masih belum bisa ditangani. Soalnya, alat berat yang disiagakan ke lokasi masih konsentrasi membersihkan material longsor di puncak Gunung Singgah Mata.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Bina Marga Nagan Raya, Drs HT Narensyah MSi kepada Serambi kemarin siang mengaku musibah longsor yang terjadi di kawasan Puncak Singgah Mata masih belum reda dan terus dilakukan pembersihan menggunakan alat berat yang didatangkan dari PT Wirataco Mitra Mulya Meulaboh milik pengusaha Haji Tito.

Tapi berdasarkan info terbaru dari Kepala Dinas BMCK Aceh, krisis di puncak gunung itu sudah berhasil ditangani setelah bongkahan batu besar yang menghalang badan jalan berhasil dipinggirkan menggunakan tiga alat berat.

Tiga hari
Sebelumnya, Johari selaku koordinator pekerja pembersihan material longsor yang ditemui wartawan di Puncak Singgah Mata mengaku pihaknya terus berupaya membersihkan material bongkahan batu gunung, lumpur, serta pasir yang menutupi badan jalan.

Ia memastikan, bongkahan batu dan lumpur serta pasir yang kini menumpuk di badan jalan baru bisa dibersihkan secepatnya atau setidak-tidaknya dalam tiga hari mendatang.

Tak serius
Bupati Nagan Raya, Drs HT Zulkarnaini yang ditanyai wartawan sebelum batu besar itu disingkirkan menilai, Pemerintah Aceh kurang serius menangani longsor di puncak Gunung Singgah Mata, Beutong. Pasalnya, meski kawasan itu berulang kali diterjang longsor, tapi penanganan yang dilakukan pemerintah hanyalah sebatas membersihkan, bukannya mencari solusi supaya musibah longsor tak terulang.

Padahal, menurut T Zulkarnaini, ruas jalan itu merupakan ruas jalan alternatif nasional yang menghubungkan ke sejumlah kabupaten/kota di kawasan tengah Aceh dan sangat strategis fungsinya untuk kelancaran arus transportasi. (her/edi)

sumber : Serambinews.com

Kamis, 09 Juni 2011

Lamban, Penanganan Lintas Jeuram-Takengon, Kadis BMCK Aceh Kerahkan Tiga Alat Berat

Thu, Apr 14th 2011, 14:11

Alat berat membersihkan bekas longsor di lintas Jeuram-Takengon kawasan puncak Gunung Singgah Mata, Kecamatan Beutong, Nagan Raya, Rabu (13/4). SERAMBI/DEDI ISKANDAR

JEURAM - Ruas jalan provinsi lintas Jeuram-Takengon yang putus total akibat longsor di kawasan Puncak Singgah Mata, Kecamatan Beutong, Nagan Raya, hingga Rabu (13/4) siang kemarin belum tertangani. Bongkahan batu besar yang runtuh dari tebing gunung pada Selasa (12/4) belum berhasil dipindahkan sehingga berdampak lumpuhnya mobilitas masyarakat.

Laporan terbaru yang diterima Serambi dari Kepala Dinas Bina Marga dan Cipta Karya (BMCK) Aceh, Muhyan Yunan menyebutkan, untuk mengatasi longsoran yang menutupi badan jalan Jeuram-Takengon, pihaknya telah memerintahkan seorang kontraktor untuk menangani persoalan tersebut. “Menurut laporan dari kontraktor tersebut kepada kami, ia telah mengirim tiga alat berat untuk membersihkan bongkahan batu gunung dan tanah liat yang menimbun badan jalan di kawasan Gunung Singgah Mata,” kata Muhyan Yunan yang dihubungi Serambi, Rabu (13/4) malam.

Muhyan juga mengatakan, jika masih diperlukan alat berat tambahan untuk mempercepat pembersihan tumpukan batu dan tanah yang menimbun badan jalan tersebut, pihaknya akan perintahkan lagi pengusaha tersebut (Haji Tito) untuk menambah dan mengirim ke sana agar arus transportasi barang dan masyarakat bisa segera normal.

Tanah longsor yang menimbun badan jalan Jeuram-Takengon itu, menurut Muhyan, paling cepat bisa disingkirkan dalam waktu tiga hari. Itu pun kalau di lokasi tersebut tidak hujan lagi. “Jika masih hujan, tiga alat berat yang telah dikirim ke sana, yaitu dua loader dan satu beko tidak bisa bekerja maksimal,” demikian Muhyan.

Dari Nagan Raya dilaporkan, akibat lambannya penanganan ruas jalan tersebut, ribuan masyarakat di Kecamatan Beutong Ateuh Banggalang, Kabupaten Nagan Raya, terkurung. Akses mereka ke ibu kota kabupaten di Jeuram tertutup. Kalau pun ada yang tetap nekat melintas, hanya sebatas sepeda motor dan pikap, itu pun harus berjibaku dalam kubangan lumpur.

Pelaksana Tugas (Plt) Kadis Bina Marga Nagan Raya, Drs HT Narensyah MSi kepada Serambi, Rabu (13/4) mengatakan, longsor kali ini sangat parah karena bongkahan batu yang diperkirakan mencapai puluhan ton jatuh dan menutup badan jalan. “Kami belum berhasil memindahkannya,” kata Narensyah. “Kami sedang berupaya meminta bantuan alat berat milik perusahaan,” ujarnya.

Menurut Narensyah, Pemkab Nagan Raya sudah melaporkan masalah itu ke Pemerintah Aceh namun hingga Rabu (13/4) belum ada tanggapan. “Bupati Nagan Raya sudah menyurati Gubernur Aceh supaya segera mengatasi masalah ruas jalan provinsi lintas Jeuram-Takengon, karena menyangkut kepentingan banyak orang” ujar Narensyah.

Sejak putusnya hubungan ke Jeuram, masyarakat Kecamatan Beutong Ateuh Banggalang terpaksa ke Takengon untuk membeli kebutuhan sehari-hari seperti sembako. Jarak tempuh ke Takengon relatif lebih jauh jika dibandingkan ke Jeuram. “Potensi longsor masih tetap tinggi karena masih tingginya intensitas hujan,” kata seorang warga Beutong Ateuh.

Kejadian rutin
Kadis BMCK Aceh, Muhyan Yunan menjelaskan, longsor atau amblasnya badan jalan merupakan masalah rutin untuk ruas jalan baru maupun jalan lama yang berada di perbukitan/pegunungan. Ini disebabkan karena hujan deras atau akibat pengrusakan hutan.

Tanah longsor, kata Yunan sering terjadi di daerah yang kondisi lapisan tanahnya sangat gembur, kurang berbatuan, serta pupulasi pohonnya di pinggiran tebing banyak yang rusak akibat penebangan liar. “Ketika diguyur hujan, tanahnya tergerus sedangkan saat kemarau tanahnya terbelah-belah. Kondisi tanah yang terbelah-belah sangat rawan longsor,” ujar Muhyan Yunan.

Selain itu, lanjutnya, perubahan iklim global, volume hujan sudah melampui batas normal (anomali). Program pelarangan penebangan pohon yang dibuat Gubernur Aceh tiga tahun lalu adalah bagian dari usaha pencegahan terjadinya tanah longsor di perbukitan dan pegunungan seperti kawasan Singgah Mata, Kecamatan Beutong.(edi/her)

Sumber : Serambinews.com

Warga Nagan Blokir Jalan ke PT SPS 1

* Dirikan Dapur Umum di Lokasi PemblokiranThu,
Apr 14th 2011, 14:00

JEURAM - Ratusan masyarakat Desa Alue Gani, Kecamatan Darul Makmur, Kabupaten Nagan Raya, sepanjang Rabu (13/4) memblokir akses jalan ke PT Surya Panen Subur (SPS) 1 di kawasan desa tersebut. Masyarakat yang mengaku sebagai pemilik tanah bertekad tidak akan mundur sebelum masalah ganti rugi dituntaskan. Mereka mendirikan dapur umum di lokasi pemblokiran.

Menurut informasi, ada sekitar 60 hektare lahan masyarakat yang belum dibayar ganti rugi oleh PT SPS 1. Sengketa itu sudah pernah dimediasi oleh Pemkab Nagan Raya akan tetapi belum ada titik temu.

Nyak Abu Bakar MD, salah seorang korban sengketa lahan tersebut kepada Serambi mengatakan, pemblokiran jalan ke PT SPS 1 dilakukan karena warga kesal dengan pihak perusahaan akibat berlarut-larutnya penyelesaian ganti rugi.

Di jalan masuk ke PT SPS 1 tersebut, warga menempatkan drum dan kayu. Warga juga mendirikan dapur umum karena mereka bertekad tidak akan mundur sebelum persoalannya tuntas. “Kami akan terus bertahan di lokasi sampai masalah ini jelas. Selama ini kami hanya menerima janji-janji belaka,” tandas Nyak Abu Bakar.

Melanggar hukum
Kapolres Nagan Raya AKBP Drs Ari Soebijanto mengatakan, pihaknya sudah menurunkan aparat kepolisian ke titik pemblokiran untuk bernegosiasi dengan masyarakat agar pemblokiran itu dibuka. “Pemblokiran jalan merupakan tindakan melanggar hukum karena berdampak pada terganggunya kepentingan umum. Ini tak boleh terjadi,” kata Soebijanto.

Kapolres mengatakan, kalau memang masyarakat merasa dirugikan oleh perusahaan agar melapor ke polisi supaya diproses sesuai ketentuan hukum yang berlaku. Masyarakat yang merasa tanahnya diambil oleh perusahaan, silakan menunjukkan bukti kepemilikan tanah yang dikuatkan dengan sertifikat yang diterbitkan pihak BPN.

Terhadap penyelesaian ganti rugi sebagaimana tuntutan masyarakat, polisi menyerahkan sepenuhnya kepada Pemkab Nagan Raya dan pihak perusahaan untuk menyelesaikan.

Sedang ditangani
Community Development Area Manajer (CDAM) PT SPS Nagan Raya, Ir M Basir Has yang dimintai tanggapannya oleh Serambi, Rabu (13/4) siang mengatakan pihak perusahaan sedang menangani persoalan dengan masyarakat Alue Gani.

PT SPS, menurut Basir tetap komit menuntaskan masalah yang muncul bahkan sedang dilakukan pembahasan untuk menentukan langkah terbaik. “Kita sudah memberikan surat kepada masyarakat yang intinya bahwa pihak perusahaan tetap komit menyelesaikan masalah,” kata Basir.

Saat ini, lanjut Basir, sedang melakukan proses administrasi supaya nantinya ketika dilakukan pembayaran ganti rugi lahan tak terjadi pembayaran dobel. “Apalagi lahannya sangat luas sehingga membutuhkan waktu untuk menuntaskannya. Intinya perusahaan tetap komit menuntaskan masalah ini,” demikian Basir.(edi)

Sumber : Serambinews.com

Lintas Jeuram-Takengon Putus Total

* Puncak Singgah Mata Longsor
Wed, Apr 13th 2011, 10:58


Sejumlah warga terpaksa berhenti di ruas jalan provinsi di lintasan Jeuram-Takengon kawasan puncak pegunungan Singgah Mata, Kecamatan Beutong, Nagan Raya. Hingga Selasa (12/4) kemarin ruas jalan di kawasan pegunungan itu masih sulit dilintasi akibat longsor gunung yang terus terjadi. SERAMBI/DEDI ISKANDAR

JEURAM - Ruas jalan provinsi di lintasan Jeuram-Takengon, tepatnya di kawasan puncak Gunung Singgah Mata, Kecamatan Beutong, Kabupaten Nagan Raya, Selasa (12/4) kemarin siang dilaporkan putus total. Ini karena, jatuhnya bongkahan batu besar dari area puncak gunung ke badan jalan, ditambah parahnya longsor tebing gunung ke jalan yang dilintasi banyak pengendara itu.

Akibatnya, puluhan kendaraan yang melintas di jalur itu terhalang batu besar dana terjebak longsor, sehingga harus berbalik arah. Bila paginya masih ada sebagian kendaraan yang terpaksa ditarik ke seberang titik longsor, tapi siang hingga sore kemarin tidak satu pun lagi kendaraan bisa melintas, karena terhalang bongkahan batu besar yang jatuh ke badan jalan. Belum lagi lumpur tebal masih menjadi kendala akibat derasnya guyuran hujan.

Tak hanya itu, tiga titik longsor kemarin bertambah lagi di ruas jalan provinsi itu, tepatnya di kawasan Beutong Ateuh Banggalang. Ini mengharuskan puluhan warga kerja bakti untuk membersihkan pasir dan batu gunung yang memenuhi badan jalan dan telah menjebak para pengguna jalan yang berlalu lalang.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Bina Marga Nagan Raya, HT Narensyah yang menghubungi Serambi, Senin sore, melaporkan, longsor di puncak Gunung Singgah Mata, Kecamatan Beutong itu kini makin parah. Pasalnya, material pasir dan batu gunung di kawasan itu terus luruh, sehingga menimbun badan jalan.

Apalagi menjelang sore, bongkahan batu besar dari area puncak gunung luruh ke badan jalan. Derita warga dan pengguna jalan di kawasan itu semakin lengkap, karena hujan deras terus mengguyur kawasan pegunungan itu, sehingga material longsor yang memenuhi badan jalan sangat sulit untuk dipindahkan ke sisi jalan. “Longsornya terus terjadi. Pemkab Nagan Raya tak mampu mengatasi hal ini, karena alat yang kami miliki sangat terbatas,” katanya.

Ia deskripsikan, material longsor itu terus berjatuhan ke badan jalan saat diguyur hujan lebat. Dalam pada itu, ketika tanah yang memenuhi badan jalan itu berhasil dipindahkan, material lainnya pun ikut luruh sehingga harus dilakukan pencegahan serius agar kondisi jalan tidak semakin parah.

Tambah tiga titik
Di sisi lain, kata Narensyah, longsor yang terjadi di lintasan Jeuram-Takengon itu kini bertambah tiga titik lagi di kawasan Beutong Ateuh Banggalang. Akibatnya, puluhan warga setempat terpaksa dikerahkan bergotong royong untuk membersihkan material longsor yang ikut menjebak para pengguna jalan.

Apalagi kondisi jalan yang mengalami longsor itu, katanya, saat ini hanya bisa dilintasi kendaraan roda dua atau kendaraan roda empat berbadan kecil. “Secara umum sangat kecil kemungkinan untuk menerobos longsor tersebut karena tak ada celah untuk bisa melintasinya,” kata Narensyah.

Oleh karenanya, Plt Kepala Dinas Bina Marga Nagan Raya itu meminta kepada Gubernur Aceh supaya segera menurunkan tim ke kawasan Singgah Mata guna mengatasi longsor yang terus terjadi. Soalnya, hingga kini Pemkab Nagan Raya tak mampu mengatasi masalah itu lantaran terbatasnya alat berat yang dimiliki, di samping bukan tanggung jawab pemkab setempat memperbaikinya, mengingat ruas jalan itu berstatus jalan provinsi.

Ikut terjebak
Narensyah menambahkan, sejak Senin hingga Selasa (11-12/4) kemarin puluhan kendaraan roda empat yang melintas di rute Jeuram-Takengon ikut terjebak longsor dan terpaksa harus kembali ke tempat pemberangkatannya. Ini karena, badan jalan yang berada di kawasan itu sangat sulit dilintasi akibat tertimbun longsor dan menyebabkan antrean panjang.

Apalagi sejumlah kendaraan ikut terjebak lumpur sehingga terpaksa ditarik menggunakan kendaraan lain. Bahkan rombongan Bupati Nagan Raya, Drs HT Zulkarnaini yang kembali dari Beutong Ateuh Banggalang ikut terjebak longsor, namun berhasil diatasi sepihak oleh anggota rombongan.

Zulkifli, pengguna jalan di lintasan yang kini bermasalah itu, kepada Serambi kemarin mengakui, longsor yang terjadi di Pegunungan Singgah Mata itu makin parah kondisinya. Ia juga minta kepada Pemerintah Aceh supaya segera mengatasi persoalan itu sebelum jalur itu putus dan mengisolasi ribuan masyarakat Beutong Ateuh. (edi)

Sumber : Serambinews.com

Lintas Jeuram-Takengon Longsor Lagi

* Bongkahan Batu dan Kabut Jadi Ancaman
Tue, Apr 12th 2011, 10:31


Seorang warga melihat timbunan longsor di ruas jalan provinsi lintasan Jeuram-Takengon, kawasan puncak pegunungan Singgah Mata, Kecamatan Beutong, Nagan Raya, Senin (11/4) siang. SERAMBI/DEDI ISKANDAR

JEURAM - Ruas jalan provinsi di lintasan Jeuram (Nagan Raya)-Takengon (Aceh Tengah), tepatnya di kawasan puncak pegunungan Singgah Mata, Kecamatan Beutong, Kabupaten Nagan Raya, Senin (11/4) pagi kembali longsor, akibat hujan lebat yang mengguyur kawasan itu sejak pekan lalu.

Akibatnya, gugus bebatuan besar dan pasir gunung berjatuhan, sehingga menutupi sekitar 200 meter badan jalan. Ruas jalan itu juga sangat licin dan berlumpur, sehingga sukar dilintasi kendaraan. Alhasil, sebagian besar pengguna jalan terpaksa balik arah, kembali ke Jeuram, ibu kota Kabupaten Nagan Raya.

Di tengah kondisi yang demikian, Serambi berupaya mengabadikan gambar langsung di lokasi longsor, puncak Gunung Singgah Mata, Kecamatan Beutong, kemarin siang. Tapi wartawan harian ini tak leluasa mengambil gambar, karena puncak gunung tersebut dipenuhi kabut asap tebal, sehingga mengganggu jarak pandang. Belum lagi saat itu hujan lebat sedang mengguyur.

Terlihat, sejumlah kendaraan roda empat yang berupaya menembus lokasi longsor terpaksa menyerah dan berbalik arah guna menghindari hal-hal yang tak diinginkan di lokasi rawan longsor itu. Apalagi sejumlah pejabat Pemkab Nagan Raya juga gagal menjangkau lokasi saat menuju Kecamatan Beutong Ateuh Banggalang guna menghadiri acara peresmian kecamatan baru di kawasan pegunungan itu.

Namun, beberapa pengendara sepeda motor (sepmor) yang meluncur dari arah Takengon, Aceh Tengah, menuju kawasan Nagan Raya, berhasil melintasi lokasi longsor itu, karena jalan yang dibutuhkan sepmor tidak selebar yang dibutuhkan kendaraan roda empat. Begitu ada sedikit celah jalan, sepmor langsung bisa melintas.

Fauzi, salah satu pengguna jalan, warga Kota Jeuram, Kecamatan Seunagan kepada Serambi di lokasi longsor mengaku longsor terjadi Senin pagi kemarin akibat guyuran hujan lebat yang sering melanda kawasan pegunungan itu.

Meski sisa longsor sebelumnya telah diatasi oleh pihak terkait, akan tetapi longsor yang terjadi kemarin ikut mengganggu arus lalu lintas. Pengguna jalan umumnya tak berani melintas karena takut akan ada longsor susulan. Lebih-lebih karena, bongkahan batu besar yang berada di sisi kanan jalan, kini hampir jatuh ke badan jalan. Pergerakan kendaraan di sekitar itu, dikhawatirkan warga bisa menyebabkan bongkahan batu besar itu luruh dan makin menutup badan jalan.

“Kami tak mau ambil risiko dan terpaksa berbalik arah. Soalnya, badan jalan licin dan kawasan ini juga rawan longsor susulan. Apalagi hujan lebat terus mengguyur,” katanya.

Hal senada diutarakan Anwar, pengguna jalan di Kota Meulaboh. Menurutnya, longsor yang terjadi di puncak Gunung Singgah Mata kemarin menyebabkan ia bersama rekan-rekannya yang lain tak bisa melintasi ruas jalan tersebut. Apalagi perjalanan mereka terganggu oleh tebalnya kabut asap.

Selain itu, hingga kemarin bebatuan gunung dan pasir yang berada di kawasan itu terus berjatuhan akibat guyuran hujan. Anwar sangat menyayangkan karena hingga kemarin tidak terlihat adanya alat berat yang siaga di lokasi longsor. “Saya khawatir, longsor yang terjadi itu akan memutuskan arus transportasi masyarakat,” kata Anwar.

Sementara itu, Plt Dinas Bina Marga Nagan Raya, HT Narensyah yang berupaya dikonfirmasi Serambi, hingga berita ini diturunkan kemarin sore tidak berhasil dihubungi. Yang bersangkutan dikabarkan telah berada di Beutong Ateuh bersama rombongan Bupati Drs HT Zulkarnaini yang meresmikan kecamatan baru. Sayangnya, hp Narensyah yang kemarin dihubungi berkali-kali tidak tersambung, karena berada di luar jangkauan. (edi)

Sumber : Serambinews.com

Pemkab Resmikan Kecamatan Beutong Ateuh Banggalang

Tue, Apr 12th 2011, 08:57

JEURAM-Pemerintah Kabupaten Nagan Raya, Senin (11/4) kemarin meresmikan Kecamatan Beutong Ateuh Banggalang, sebagai kecamatan baru yang dimekarkan dari kecamatan induk Beutong Ateuh di Gampong Kuta Teungoh, ibukota kecamatan setempat yang dihadiri ribuan masyarakat.

Dalam kesempatan itu, Bupati Nagan Raya, Drs HT Zulkarnaini juga menyerahkan operasional listrik selama 24 jam penuh bagi ribuan masyarakat yang berada di kawasan pedalaman dan lembah pegunungan tersebut. Dengan demikian, diharapkan kehidupan masyarakat yang selama ini hanya menikmati listrik selama 12 jam sehari semalam, diharapkan bisa maksimal tanpa adanya gangguan apapun.

Mengingat selama ini, ketika siang harinya, ribuan masyarakat tak bisa menikmati sarana listrik di wilayah itu akibat terbatasnya mesin dan daya listrik, sehingga ikut mengganggu aktivitas masyarakat di berbagai sektor.

Dalam sambutannya kemarin, Bupati Drs HT Zulkarnaini berharap dengan peresmian kecamatan baru tersebut diharapkan mampu meningkatkan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat di Beutong Ateuh dan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.

Beutong Ateuh Banggalang itu merupakan lokasi yang sangat strategis karena berada di jalur alternativ lintas tengah menuju kabupaten di bagian tengah Aceh. Kawasan ini sangat berpotensi untuk berkembang seperti kecamatan lainnya di Nagan Raya. dalam kesempatan itu ia juga melantik pj camat yang baru TM Syam. (edi)

Sumber : Serambinews.com

Rabu, 08 Juni 2011

Lahan Diserobot, Warga Sandera Alat Berat

* Buah Sawit PT Astra Dipanen Paksa
Fri, Apr 8th 2011, 10:35

JEURAM - Ratusan warga di Desa Ujong Krueng, Kecamatan Darul Makmur, Nagan Raya, Kamis (7/4) kemarin, dilaporkan menyandera tiga unit alat berat yang sedang membuka lahan milik seorang anggota DPRK setempat, yang diduga telah ikut menyerobot pula puluhan hektare lahan masyarakat.

Ketua Pemuda Gampong Ujong Krueng, Kecamatan Darul Makmur, Kabupaten Nagan Raya, Ramli yang menghubungi Serambi, kemarin mengaku penyanderaan tiga unit alat berat itu dimaksudkan untuk menghentikan sementara pembukaan lahan oleh seorang wakil rakyat di lahan yang diklaim milik masyarakat setempat.

Dikatakannya, lahan warga yang terletak di perbatasan Kecamatan Darul Makmur dan Tadu Raya, belum jelas tapal batasnya dan harus segera diluruskan agar tak menimbulkan konflik antara warga dan wakil rakyat tersebut. “Alat berat yang berhasil kami bawa pulang ke kampung hanya satu unit, dan dua unit lainnya kami hentikan aktivitasnya dan kami sandera di areal perkebunan,” jelasnya.

Menurut Ramli, penyanderaan ketiga unit alat berat yang tersebut dilakukan warga dikarenakan hingga kini dengan penggarap lahan, tak mencapai kata sepakat sehingga mereka memutuskan untuk menyandera alat berat dengan harapan supaya persoalan itu bisa segera berakhir dan ada solusinya. “Kami tidak akan mengakhiri aksi penyanderaan ini sebelum kasus tersebut diselesaikan dengan baik oleh pihak terkait,” katanya.

Panen paksa
Sementara itu, dari Desa Alue Gani, Kecamatan Tadu Raya, kabupaten setempat sekitar seratusan masyarakat sepanjang siang kemarin terpaksa memanen secara paksa buah sawit di lahan seluas 80 hektare milik PT Astra Agro Lestari.

Pengambilan paksa hasil kebun itu dilakukan warga setelah masyarakat bersama pihak perusahaan, gagal mencapai titik temu guna memastikan pembayaran ganti rugi lahan. Sehingga warga yang tak mau perkebunan sawit itu tumbuh di lahan mereka malah mengambil secara paksa untuk dipanen guna selanjutnya dijual dan dibagikan kepada seluruh pemilik tanah.

Sejumlah warga yang menghubungi Serambi, kemarin, mengaku mengambil paksa buah sawit milik perusahaan itu karena hingga kini pihak perusahaan belum bersedia membayar ganti rugi lahan yang mereka miliki. “Kami akan mengakhiri hal ini, apabila tanah kami dibayar pihak perusahaan” kata seorang warga.

Menanggapi persoalan itu, Kapolres Nagan Raya AKBP Drs Ari Soebijanto mengaku telah berupaya menghentikan aksi pengambilan secara paksa buah sawit di lahan milik perusahaan yang dilakukan oleh seratusan masyarakat yang mengklaim lahan tersebut milik warga.

Menurutnya, meski polisi telah berusaha mencegah supaya perbuatan itu tak dilakukan, namun warga tetap saja memaksa kehendak untuk melakukan aksinya. Sehingga guna menghindari adanya hal-hal yang tak diinginkan, polisi juga melakukan tindakan persuasif, akan tetapi hal itu tak juga berhasil.

Ia mengaku akan mengambil tindakan terhadap aksi yang dilakukan warga, mengingat pengambilan buah sawit secara paksa itu merupakan bentuk pelanggaran hukum yang harus ditindak tegas. “Polisi hanya bisa melindungi dan mengakui kepemilikan tanah itu jika pemiliknya mempunyai mempunyai sertifikat,” katanya.(edi)

Sumber : Serambinews.com

Selasa, 07 Juni 2011

Kabut Asap Ganggu Aktivitas Warga di Nagan

* Diduga Akibat Pembakaran Lahan
Thu, Apr 7th 2011, 09:48

JEURAM - Aksi pembakaran lahan dilaporkan kembali terjadi di sejumlah kawasan di Kabupaten Nagan Raya. Akibatnya, sejumlah kecamatan di wilayah itu kini menimbulkan kabut asap yang bukan saja mengganggu aktivitas warga, tapi juga sangat mengganggu para pengguna jalan raya karena jarak pandang terbatas.

Pantauan Serambi, Rabu (6/4) kemarin kabut asap yang melanda kawasan itu telah meliputi enam kecamatan di Nagan Raya di antaranya Kecamatan Suka Makmue, Seunagan, Seunagan Timur, Beutong, serta sebagian kecamatan Kuala dan Kuala Pesisir. Bahkan lokasi yang terparah terjangan kabut asap itu berada di Kecamatan Suka Makmue, mengingat dampak yang ditimbulkan menyebabkan warga mengalami iritasi dan tak bisa melihat secara jelas.

Kabag Humas Setdakab Nagan Raya, Drs Said Amri mengatakan, kabut asap yang melanda kawasan itu mulai mengganggu aktivitas masyarakat setempat. Selain itu, kabut asap yang terjadi kemarin juga ikut mengganggu para pengendara kendaraan bermotor karena jarak pandang terbatas dan menimbulkan iritasi di mata.

Said Amri menduga, penyebab kabut asap yang melanda kawasan itu diakibatkan maraknya pembakaran lahan yang dilakukan masyarakat serta kemungkinan besar terbakarnya lahan. Namun untuk mencegah meluasnya hal itu, ia akan berkoordinasi dengan pihak terkait guna melakukan berbagai langkah pencegahan supaya kabut asap itu tak meluas.

Turunkan tim
Secara terpisah, Kapolres Nagan Raya AKBP Drs Ari Soebijanto yang dikonfirmasi Serambi, kemarin mengaku belum mendapatkan laporan terkait pembakaran ataupun kebakaran lahan yang terjadi di kawasan itu. Namun ia mengaku sudah memerintah personelnya untuk menyelidiki dan memastikan penyebab kabut asap yang melanda sejumlah kecamatan di wilayah itu.

Menurut Kapolres Ari Soebijanto, kabut asap yang disebabkan oleh pembakaran lahan yang dilakukan masyarakat itu merupakan bentuk pelanggaran dan harus memiliki izin dari pemerintah, sebelum melakukan pembukaan lahan. “Peristiwa ini masih kita telusuri, dan saya masih menunggu laporan dari tim yang sudah kita turunkan ke lapangan,” katanya. (edi)

Sumber : Serambinews.com

Senin, 06 Juni 2011

Tuntut Perbaikan Jalan dan Jembatan, Ratusan Warga Nagan Demo DPRK dan Kantor Bupati

* Ancam Boikot Pilkada
Tue, Apr 5th 2011, 11:03


Ratusan warga dari sejumlah desa dari Kemukiman Kuta Makmue-Seumambek, Kecamatan Kuala, Nagan Raya, Senin (4/4) menggelar aksi unjukrasa di halaman Kantor Bupati Nagan Raya. Mereka menuntut pembangunan jembatan dan jalan yang telantar dan berdebu. Sebelumnya, massa juga sempat menggelar aksi serupa di DPRK setempat. SERAMBI/DEDI ISKANDAR

JEURAM - Ratusan masyarakat yang berasal dari Desa Seumambek, Macah, Gunong Reubo, Kuta Makmue, Blang Baro, Pulo Ie, serta Padang Rubek, Kecamatan Kuala dan Suka Makmue, Kabupaten Nagan Raya yang tergabung dalam Barisan Duka Meurandeh (Bakeudeh), Senin (4/4) kemarin berunjuk rasa ke gedung DPRK dan kantor bupati setempat di Kompleks Perkantoran Suka Makmue.

Kedatangan ratusan massa yang juga mengikutsertakan kaum ibu dan anak itu semula dilakukan di gedung DPRK guna menyampaikan aspirasi mereka di hadapan wakil rakyat. Bahkan dalam orasi yang disampaikan secara bergantian itu, masyarakat akhirnya diterima Ketua DPRK Nagan Raya, Samsuardi alias Juragan.

Mendengar penjelasan itu, akhirnya Ketua DPRK bersama ratusan warga mendatangi Kantor Bupati Nagan Raya yang berada bersebelahan dengan setdakab, guna bergabung dengan massa yang berjalan kaki serta ikut mengusung sejumlah tulisan yang intinya memrotes pemkab setempat karena masih telantarnya Jembatan Gunong Reubo dan tak adanya pembangunan badan jalan di kawasan pedalaman tersebut.

Bahkan sesampainya di pintu gerbang Kantor Bupati Nagan Raya, langkah Ketua DPRK Samsuardi beserta ratusan warga terhenti oleh penjagaan ketat yang dilakukan Satpol PP bersama aparat kepolisian. Massa yang mulai kepanasan dalam terik matahari itu malah tidak tinggal diam dan terus berorasi.

Bahkan dalam orasi yang disampaikan secara bergantian itu dibacakan tiga poin penting. Di antaranya, mendesak Pemkab Nagan Raya segera melaksanakan lanjutan pembangunan jembatan lintas Simpang Peuet-Gunong Reubo paling lambat dalam tahun 2011 ini.

Kedua, masyarakat meminta Pemkab Nagan Raya segera membangun jalan lintas gampong di kawasan Meurandeh (seberang sungai) Krueng Nagan yang kini rusak parah dan meninggalkan debu bagi masyarakat. Ketiga, bila aspirasi mereka tak ditanggapi secara serius oleh Pemkab

Nagan Raya, mereka mengancam tidak akan ikut dalam pilkada mendatang. Bahkan sebagian besar warga desa di kawasan itu akan kembali bergabung ke Aceh Barat yang merupakan bekas kabupaten induknya. “Itulah tuntutan dan kebutuhan yang sangat mendesak bagi kami masyarakat yang berdomisili di Meurandeh (seberang sungai -red), semoga para pemangku jabatan dapat membuka mata untuk melihat dan memperhatikan nasib masyarakat yang kini memprihatinkan,” teriak seorang orator.

Sementara itu, Bupati Nagan Raya didampingi Wabup M Kasem Ibrahim BSc, Kapolres Ari Soebijanto, Dandim 0116 Nagan Raya Letkol Inf Nanang Arianto, Ketua DPRK Samsuardi, Sekdakab Drs HT Zamzami TS MM beserta sejumlah unsur muspida menerima perwakilan masyarakat yang menyampaikan aspirasi tersebut. Acara itu berlangsung di ruang Asisten I Setdakab Nagan Raya.

Bahkan saat menemui ratusan massa di halaman Kantor Bupati Nagan Raya, Bupati T Zulkarnaini yang dikawal ketat petugas keamanan dan unsur muspida menjelaskan kepada warga bahwa aspirasi yang mereka sampaikan itu telah ditindaklanjuti. Bahkan ia berjanji, pembangunan lanjutan jembatan Simpang Peuet-Gunong Reubo itu akan dituntaskan pembangunannya dalam tahun 2011 ini, mengingat dana untuk pembangunan itu juga diplotkan dalam APBK sebesar Rp 1 miliar lebih dan diusulkan di APBA sebesar Rp 6 miliar.

“Apabila dana ini tak diberikan provinsi, maka saya bersama masyarakat yang akan datang langsung menghadap Gubernur Aceh untuk menyampaikan aspirasi,” kata T Zulkarnaini yang turut disambut tepuk tangan ratusan warga.

Mengenai pembangunan jalan kabupaten di kawasan itu, Bupati T Zulkarnaini mengaku akan membangunnya sesuai dengan anggaran yang ada, sehingga permukiman warga tak lagi berdebu. Namun, menyangkut tuntutan pengaspalan jalan desa, ia mengaku akan memperhatikan usulan tersebut dan belum bisa dipenuhi, mengingat terbatasnya anggaran yang ada.

Setelah mendapat jawaban langsung dari Bupati Nagan Raya, ratusan massa yang sebelumnya telah bertahan di bawah terik matahari langsung membubarkan diri secara tertib. Mereka kembali ke kampung halamannya masing-masing. (edi)

Sumber : Serambinews.com

Pemkab Nagan Gelar Musrenbang

Tue, Apr 5th 2011, 08:53

JEURAM-Setelah dua kali tertunda, Pemerintah Kabupaten Nagan Raya, Senin (4/4) kemarin melaksanakan Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) yang dihadiri puluhan peserta yang berasal dari unsur SKPK, DPRK, Camat, serta berbagai unsur lainnya berlangsung di aula Bappeda setempat.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Nagan Raya, Teuku Raja Keumangan SH dalam sambutannya mengatakan tujuan pelaksanaan Musrenbang itu untuk mendapatkan masukan terhadap penyempurnaan rancangan awal kerja pemerintah daerah yang memuat prioritas pembangunan daerah, penentuan alokasi anggaran, serta pemutakhiran data dan informasi terhadap kegiatannya yang bersumber pada ABPA, APBN, serta pendapatan lainnya.

Sementara itu, Wakil Bupati Nagan Raya, M Kasem Ibrahim Bsc saat membuka kegiatan dimaksud berharap kepada seluruh pihak, supaya dalam menentukan arah prioritas pembangunan tetap mengacu ke arah yang lebih menyetuh kepentingan masyarakat banyak, sekaligus mampu memprioritaskan yang terbaik sesuai dengan usulan yang ada. (edi)

Sumber : Serambinews.com

Minggu, 05 Juni 2011

Longsor di Lintas Jeuram-Takengon Masih Mengancam

* Angkutan Umum belum Berani Lewat
Sat, Apr 2nd 2011, 11:12

JEURAM - Ruas jalan provinsi di lintas Jeuram (Nagan Raya)-Takengon (Aceh Tengah), tepatnya di kawasan pegunungan Gunung Singgah Mata, Kecamatan Beutong, Nagan Raya, sejak Kamis sore hingga Jumat (1/4) kemarin telah bisa dilintasi. Sebelumnya, kawasan pegunungan ini dilanda longsor yang menutup badan jalan sepanjang 10 meter, sehingga arus transportasi lumpuh.

Namun, meski longsor sudah berhasil ditangani, hingga kini ruas jalan alternatif itu masih rawan longsor dan batuan gunung kerap berjatuhan, sehingga warga diminta ekstrahati-hati saat melintas. “Jika diguyur hujan, maka tidak tertutup kemungkinan kawasan itu akan kembali longsor,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Bina Marga dan Pekerjaan Umum Kabupaten Nagan Raya, Teuku Nahrensyah menjawab Serambi, Jumat (1/4) kemarin.

Secara umum, menurutnya, kawasan itu sudah bisa dilintasi kembali setelah pemkab setempat menurunkan sejumlah alat berat untuk mengeruk material longsor pascakejadian, Selasa (29/3) malam. Namun, apabila terus dibiarkan seperti keadaan sekarang ini, tanpa adanya penanganan apa pun dari pihak provinsi, maka musibah longsor berpeluang terjadi lagi.

Oleh karena itu, Nahrensyah meminta kepada Pemerintah Aceh untuk segera menangani lintasan Jeuram-Takengon, khususnya di kawasan Pegunungan Singgah Mata, sehingga longsor yang memacetkan arus lalu lintas tidak terulang kembali.

Takut melintas
Secara terpisah, si Am, petugas loket CV Abdya Perdana yang ditemui Serambi di Terminal Bus Meulaboh kemarin mengatakan, sejauh ini armada CV Abdya Perdana masih menggunakan jalur Geumpang untuk menuju Takengon, ibu kota Kabupaten Aceh Tengah. Ia beralasan, belum dilintasinya ruas jalan provinsi di lintasan Jeuram-Takengon itu disebabkan awak angkutan masih khawatir dengan ancaman longsor susulan. “Tapi, kalau sudah normal, kita tetap akan melintasinya kembali,” kata Am.

Meski terjadi pengalihan rute perjalanan via Geumpang, menurut Am, pihaknya tidak menaikkan tarif. “Saat ini kami masih menggunakan tarif lama, yakni Rp 150 ribu/penumpang. Soalnya, sejauh ini angkutan dari dan ke wilayah Dataran Tinggi Gayo itu penumpangnya selalu penuh,” ujar Am. (edi)

sumber : Serambinews.com

Rabu, 01 Juni 2011

Banjir Luapan Rendam Nagan

* 4.056 Warga Terkurung, Distribusi Bantuan dengan Speed Boat
Fri, Apr 1st 2011, 11:45


Ruang belajar di Sekolah Dasar (SD) Gampong Napai, Kecamatan Pante Ceureumen, Aceh Barat, ambruk diterjang banjir yang terjadi Selasa (29/3) malam lalu. Foto direkam Kamis (30/3). SERAMBI/DEDI ISKANDAR

Ruang belajar di Sekolah Dasar (SD) Gampong Napai, Kecamatan Pante Ceureumen, Aceh Barat, ambruk diterjang banjir yang terjadi Selasa (29/3) malam lalu. Foto direkam Kamis (30/3).
SERAMBI/DEDI ISKANDAR
JEURAM - Setelah menerjang delapan kecamatan di Kabupaten Aceh Barat, banjir yang disebabkan meluapnya sungai Krueng Tripa dan Krueng Lamie, kini merendam pula sejumlah kawasan di Nagan Raya. Akibatnya, sebanyak 1.069 kepala keluarga (KK) atau 4.056 jiwa warga 11 desa di kabupaten itu dilaporkan kini terkurung banjir.

Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Nagan Raya, Drs Abdurrani Cut, mengatakan banjir luapan yang mengurung 4.056 warga di Kecamatan Darul Makmur, Nagan Raya, akibat meluapnya dua sungai besar yakni Krueng Lamie dan Krueng Tripa. “Proses penyaluran bantuan untuk warga yang terkurung banjir itu, terpaksa kita lakukan dengan menggunakan speed boat,” katanya kepada Serambi, Kamis (31/3).

Dikatakan, 11 desa yang ikut terendam banjir luapan itu masing-masing Desa Pasi Keubeudom (124 KK atau 552 jiwa), Kabu (42 KK atau 126 jiwa), Lueng Keubeu Jagat (108 KK atau 386 jiwa), Drien Tujoh (135 KK/520 jiwa), Babah Lueng (208 KK atau 786 jiwa), Kuta Trieng (42 KK atau 170 jiwa), Kuala Seumayam (63 KK atau 238 jiwa), Ujong Krueng (115 KK atau 443 jiwa), Mon Dua (51 KK atau 153 jiwa), Neubok Yee PP (115 atau 472 jiwa), serta Neubok Yee PK (70 KK atau 210 jiwa).

Menurut Abdurrani, meski telah terkurung banjir, namun hingga kini ribuan masyarakat di wilayah itu belum mau mengungsi ke tempat lain yang lebih aman. Karena itu, pihaknya berusaha menerobos pemukiman warga menggunakan speed boat dengan cara menempuh jalur sungai. “Kami terus berupaya membantu masyarakat dan telah melaporkannya kepada pemerintah provinsi di Banda Aceh,” katanya.

Secara terpisah, Bupati Nagan Raya Drs HT Zulkarnaini yang ditanyai Serambi, kemarin siang, mengaku banjir yang kerap melanda sebagian besar kawasan di wilayahnya akibat ulah penebang liar yang kerap menebang hutan di kawasan pegunungan. “Sepertinya Moratorium Logging (Jeda Tebang Hutan) yang diterapkan Pemerintah Aceh belum efektif,” katanya.

Masih terendam
Banjir yang sebelumnya juga melanda sejumlah kawasan di Kabupaten Aceh Singkil, Kamis (31/3) kemarin, dilaporkan semakin meluas. Setidaknya sekitar 20 desa yang tersebar di Kecamatan Singkil, Singkil Utara, Simpang Kanan, Gunung Meriah, dan Suro, dilaporkan kini masih terendam banjir.

Banjir juga telah merusak sekitar 300 hektar sawah dalam berbagai usia, merendam fasilitas umum, jalan raya, masjid dan beberapa sekolah di Aceh Singkil terpaksa diliburkan. Banjir juga merendam kawasan pemukiman dan masuk ke rumah-rumah penduduk dengan ketinggian air 50-60 cm.

Banjir luapan Hujan deras yang mengguyur Kota Langsa sejak, Rabu (30/3) sore hingga, Kamis (31/3) dini hari, menyebabkan meluapnya Krueng Langsa. Akibat derasnya arus, tanggul penahan air di bantaran sungai setempat ambruk. Selain itu, sejumlah gampong di sekitar bantaran sungai juga ikut terendam.

Sementara itu, aktivitas mahasiswa di dua perguruan tinggi dilaporkan lumpuh total. Hal itu akibat jalan menuju kampus, di Gampong Meurandeh, Kecamatan Langsa Lama, terendam air setinggi satu meter.

Informasi yang dihimpun Serambi, Kamis (31/3), akibat arus deras dan tingginya volume air hujan yang diturunkan dari arah pegunungan Aceh Timur menuju Krueng Langsa, telah mengakibatkan satu titik tanggul penahan air yang berada di sekitar Gampong Sidorjo, Kecamatan Langsa Lama, jebol (pecah).

Mulai surut
Sementara itu dari Kabupaten Aceh Barat dilaporkan, musibah banjir yang melanda delapan kecamatan di wilayah itu, Kamis (31/3) kemarin, tampak mulai surut. Namun di beberapa kecamatan di kawasan pedalaman, masih terendam air dengan ketinggian air berkisar antara 50-100 cm dan tak terlalu mempengaruhi masyarakat.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Barat HT Ahmad Dadek SH yang dikonfirmasi Serambi, mengaku sebagian besar kawasan di wilayah itu yang terkena banjir kini mulai surut. Bahkan sejumlah pengungsi yang sebelumnya terpaksa diungsikan dan dilakukan pembangunan dapur umum, juga telah kembali ke kediaman mereka.

Sementara itu, banjir yang melanda empat kecamatan di Aceh Jaya, telah menimbulkan kerusakan terhadap prasarana umum berupa satu unit jembatan berkontruksi kayu di Desa Gampong Baro, Kecamatan Setia, ambruk diterjang banjir pada Rabu (30/3).

Selain itu, seperti diungkapkan Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Aceh Jaya, Ir T Rusdi, sekitar 191 hektare sawah warga di Panga dan Krueng Sabee terendam banjir dan 11 hentare di antaranya dipastikan akan gagal panen (puso). “Kita akan laporkan masalah ini kepada pemerintah provinsi,” katanya kepada Serambi, di Calang, kemarin.

Sementara itu, Wakil Bupati Aceh Jaya Zamzami A Rani, mengatakan bahwa pemerintah akan berupaya memperbaiki berbagai sarana dan prasarana umum yang rusak itu, sehingga warga akan tetap dapat beraktifitas kembali. “Sejauh ini, kerusakan infrastuktur hanya satu unit jembatan, yang lainnya belum ada laporan,” katanya.(edi/c39/c42/is/c45)

Sumber : Serambinews.com