Minggu, 05 Juni 2011

Longsor di Lintas Jeuram-Takengon Masih Mengancam

* Angkutan Umum belum Berani Lewat
Sat, Apr 2nd 2011, 11:12

JEURAM - Ruas jalan provinsi di lintas Jeuram (Nagan Raya)-Takengon (Aceh Tengah), tepatnya di kawasan pegunungan Gunung Singgah Mata, Kecamatan Beutong, Nagan Raya, sejak Kamis sore hingga Jumat (1/4) kemarin telah bisa dilintasi. Sebelumnya, kawasan pegunungan ini dilanda longsor yang menutup badan jalan sepanjang 10 meter, sehingga arus transportasi lumpuh.

Namun, meski longsor sudah berhasil ditangani, hingga kini ruas jalan alternatif itu masih rawan longsor dan batuan gunung kerap berjatuhan, sehingga warga diminta ekstrahati-hati saat melintas. “Jika diguyur hujan, maka tidak tertutup kemungkinan kawasan itu akan kembali longsor,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Bina Marga dan Pekerjaan Umum Kabupaten Nagan Raya, Teuku Nahrensyah menjawab Serambi, Jumat (1/4) kemarin.

Secara umum, menurutnya, kawasan itu sudah bisa dilintasi kembali setelah pemkab setempat menurunkan sejumlah alat berat untuk mengeruk material longsor pascakejadian, Selasa (29/3) malam. Namun, apabila terus dibiarkan seperti keadaan sekarang ini, tanpa adanya penanganan apa pun dari pihak provinsi, maka musibah longsor berpeluang terjadi lagi.

Oleh karena itu, Nahrensyah meminta kepada Pemerintah Aceh untuk segera menangani lintasan Jeuram-Takengon, khususnya di kawasan Pegunungan Singgah Mata, sehingga longsor yang memacetkan arus lalu lintas tidak terulang kembali.

Takut melintas
Secara terpisah, si Am, petugas loket CV Abdya Perdana yang ditemui Serambi di Terminal Bus Meulaboh kemarin mengatakan, sejauh ini armada CV Abdya Perdana masih menggunakan jalur Geumpang untuk menuju Takengon, ibu kota Kabupaten Aceh Tengah. Ia beralasan, belum dilintasinya ruas jalan provinsi di lintasan Jeuram-Takengon itu disebabkan awak angkutan masih khawatir dengan ancaman longsor susulan. “Tapi, kalau sudah normal, kita tetap akan melintasinya kembali,” kata Am.

Meski terjadi pengalihan rute perjalanan via Geumpang, menurut Am, pihaknya tidak menaikkan tarif. “Saat ini kami masih menggunakan tarif lama, yakni Rp 150 ribu/penumpang. Soalnya, sejauh ini angkutan dari dan ke wilayah Dataran Tinggi Gayo itu penumpangnya selalu penuh,” ujar Am. (edi)

sumber : Serambinews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar