Rabu, 01 Juni 2011

Banjir Luapan Rendam Nagan

* 4.056 Warga Terkurung, Distribusi Bantuan dengan Speed Boat
Fri, Apr 1st 2011, 11:45


Ruang belajar di Sekolah Dasar (SD) Gampong Napai, Kecamatan Pante Ceureumen, Aceh Barat, ambruk diterjang banjir yang terjadi Selasa (29/3) malam lalu. Foto direkam Kamis (30/3). SERAMBI/DEDI ISKANDAR

Ruang belajar di Sekolah Dasar (SD) Gampong Napai, Kecamatan Pante Ceureumen, Aceh Barat, ambruk diterjang banjir yang terjadi Selasa (29/3) malam lalu. Foto direkam Kamis (30/3).
SERAMBI/DEDI ISKANDAR
JEURAM - Setelah menerjang delapan kecamatan di Kabupaten Aceh Barat, banjir yang disebabkan meluapnya sungai Krueng Tripa dan Krueng Lamie, kini merendam pula sejumlah kawasan di Nagan Raya. Akibatnya, sebanyak 1.069 kepala keluarga (KK) atau 4.056 jiwa warga 11 desa di kabupaten itu dilaporkan kini terkurung banjir.

Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Nagan Raya, Drs Abdurrani Cut, mengatakan banjir luapan yang mengurung 4.056 warga di Kecamatan Darul Makmur, Nagan Raya, akibat meluapnya dua sungai besar yakni Krueng Lamie dan Krueng Tripa. “Proses penyaluran bantuan untuk warga yang terkurung banjir itu, terpaksa kita lakukan dengan menggunakan speed boat,” katanya kepada Serambi, Kamis (31/3).

Dikatakan, 11 desa yang ikut terendam banjir luapan itu masing-masing Desa Pasi Keubeudom (124 KK atau 552 jiwa), Kabu (42 KK atau 126 jiwa), Lueng Keubeu Jagat (108 KK atau 386 jiwa), Drien Tujoh (135 KK/520 jiwa), Babah Lueng (208 KK atau 786 jiwa), Kuta Trieng (42 KK atau 170 jiwa), Kuala Seumayam (63 KK atau 238 jiwa), Ujong Krueng (115 KK atau 443 jiwa), Mon Dua (51 KK atau 153 jiwa), Neubok Yee PP (115 atau 472 jiwa), serta Neubok Yee PK (70 KK atau 210 jiwa).

Menurut Abdurrani, meski telah terkurung banjir, namun hingga kini ribuan masyarakat di wilayah itu belum mau mengungsi ke tempat lain yang lebih aman. Karena itu, pihaknya berusaha menerobos pemukiman warga menggunakan speed boat dengan cara menempuh jalur sungai. “Kami terus berupaya membantu masyarakat dan telah melaporkannya kepada pemerintah provinsi di Banda Aceh,” katanya.

Secara terpisah, Bupati Nagan Raya Drs HT Zulkarnaini yang ditanyai Serambi, kemarin siang, mengaku banjir yang kerap melanda sebagian besar kawasan di wilayahnya akibat ulah penebang liar yang kerap menebang hutan di kawasan pegunungan. “Sepertinya Moratorium Logging (Jeda Tebang Hutan) yang diterapkan Pemerintah Aceh belum efektif,” katanya.

Masih terendam
Banjir yang sebelumnya juga melanda sejumlah kawasan di Kabupaten Aceh Singkil, Kamis (31/3) kemarin, dilaporkan semakin meluas. Setidaknya sekitar 20 desa yang tersebar di Kecamatan Singkil, Singkil Utara, Simpang Kanan, Gunung Meriah, dan Suro, dilaporkan kini masih terendam banjir.

Banjir juga telah merusak sekitar 300 hektar sawah dalam berbagai usia, merendam fasilitas umum, jalan raya, masjid dan beberapa sekolah di Aceh Singkil terpaksa diliburkan. Banjir juga merendam kawasan pemukiman dan masuk ke rumah-rumah penduduk dengan ketinggian air 50-60 cm.

Banjir luapan Hujan deras yang mengguyur Kota Langsa sejak, Rabu (30/3) sore hingga, Kamis (31/3) dini hari, menyebabkan meluapnya Krueng Langsa. Akibat derasnya arus, tanggul penahan air di bantaran sungai setempat ambruk. Selain itu, sejumlah gampong di sekitar bantaran sungai juga ikut terendam.

Sementara itu, aktivitas mahasiswa di dua perguruan tinggi dilaporkan lumpuh total. Hal itu akibat jalan menuju kampus, di Gampong Meurandeh, Kecamatan Langsa Lama, terendam air setinggi satu meter.

Informasi yang dihimpun Serambi, Kamis (31/3), akibat arus deras dan tingginya volume air hujan yang diturunkan dari arah pegunungan Aceh Timur menuju Krueng Langsa, telah mengakibatkan satu titik tanggul penahan air yang berada di sekitar Gampong Sidorjo, Kecamatan Langsa Lama, jebol (pecah).

Mulai surut
Sementara itu dari Kabupaten Aceh Barat dilaporkan, musibah banjir yang melanda delapan kecamatan di wilayah itu, Kamis (31/3) kemarin, tampak mulai surut. Namun di beberapa kecamatan di kawasan pedalaman, masih terendam air dengan ketinggian air berkisar antara 50-100 cm dan tak terlalu mempengaruhi masyarakat.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Barat HT Ahmad Dadek SH yang dikonfirmasi Serambi, mengaku sebagian besar kawasan di wilayah itu yang terkena banjir kini mulai surut. Bahkan sejumlah pengungsi yang sebelumnya terpaksa diungsikan dan dilakukan pembangunan dapur umum, juga telah kembali ke kediaman mereka.

Sementara itu, banjir yang melanda empat kecamatan di Aceh Jaya, telah menimbulkan kerusakan terhadap prasarana umum berupa satu unit jembatan berkontruksi kayu di Desa Gampong Baro, Kecamatan Setia, ambruk diterjang banjir pada Rabu (30/3).

Selain itu, seperti diungkapkan Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Aceh Jaya, Ir T Rusdi, sekitar 191 hektare sawah warga di Panga dan Krueng Sabee terendam banjir dan 11 hentare di antaranya dipastikan akan gagal panen (puso). “Kita akan laporkan masalah ini kepada pemerintah provinsi,” katanya kepada Serambi, di Calang, kemarin.

Sementara itu, Wakil Bupati Aceh Jaya Zamzami A Rani, mengatakan bahwa pemerintah akan berupaya memperbaiki berbagai sarana dan prasarana umum yang rusak itu, sehingga warga akan tetap dapat beraktifitas kembali. “Sejauh ini, kerusakan infrastuktur hanya satu unit jembatan, yang lainnya belum ada laporan,” katanya.(edi/c39/c42/is/c45)

Sumber : Serambinews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar